Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

OPINI - PR Bagi Petugas Pelayanan Rumah Sakit

Bukan rahasia lagi, terkadang di sebuah RS ada petugas pelayanan berbuat teledor saat melakukan tindakan.

Editor: Aldy
zoom-inlihat foto OPINI - PR Bagi Petugas Pelayanan Rumah Sakit
tribun timur
Pengajar di Kabupaten Gowa

Oleh:
Ainun Jariah
Pengajar di Kabupaten Gowa

Ada banyak pasien pengguna jasa rumah sakit (RS) sebelum datang ke RS tertentu akan mencari tahu bagaimana pelayanannya.

Baik dari pihak yang memiliki pengalaman di RS maupun dari berita-berita yang beredar di sekitarnya.

Masyarakat enggan datang ke rumah sakit X jika tahu kondisi pelayanan dari RS tersebut kurang baik atau jika tahu fasilitasnya kurang memadai.

Jika pasien yang memiliki tingkat ekonomi tinggi mungkin akan mencari RS swasta, dengan kata lain RS berkualitas meski harus mengeluarkan uang berlebih.

Namun bagaimana dengan pasien tingkat ekonomi rendah? Mungkin satu satunya yang pemerintah sarankan yaitu penggunaan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang kini dikelola oleh BPJS Kesehatan.

Namun layanan BPJS Kesehatan dirasakan oleh beberapa pihak masih memiliki kekurangan.

Baca: Baznas Bantaeng Salurkan Zakat Tahap 22 Kepada Mustahiq

Tindakan Petugas
Bukan rahasia lagi, terkadang di sebuah RS ada petugas pelayanan berbuat teledor saat melakukan tindakan.

Keteledoran petugas ini bahkan tidak hanya sekali yang bisa membuat nama sebuah rumah sakit menjadi tercoreng.

Sebagai contoh, pernah ada kasus di Kabupaten Barru.

Sebagaimana dikutip dari berita tribunnews.com, berjudul “Pascamelahirkan Khaerunnisa Tampak Sehat, Tapi Mendadak Diminta Operasi Hingga Akhirnya Meninggal”.

Khaerunnisa (19 tahun) adalah pasien yang melahirkan di RSUD Barru, Kamis (22/9/2016). Usai
melahirkan bayi laki-laki, Khaerunnisa dalam keadaan sehat.

Namun tiba-tiba keluarga dikagetkan atas keputusan dokter yang buru-buru meminta Nisa untuk dikuret.

"Katanya ada plasenta yang tertinggal di rahim, makanya dokter tiba-tiba minta pasien untuk dikuret," jelas Ria, keluarga korban.

Setelah diyakinkan oleh dokter, keluarga pun menyetujui tindakan tersebut.

Usai dikuret, justru kondisi Nisa semakin parah, perutnya membengkak dan tidak sadarkan diri. Tak lama, dokter kembali lagi lalu meminta Nisa melakukan operasi pengangkatan rahim.

Baca: KNPI Sulsel Kritik Penutupan 8 Ormawa Politani Pangkep

"Dokter bilang ada pendarahan di rahim dan harus segera diangkat rahimnya, kalau tidak nyawa pasien tidak akan terselamatkan," ucap Ria.

Karena khawatir, keluarga Khaerunnisa berencana meminta surat rujuk ke RS Parepare.

Namun pihak RS tidak mengizinkan dengan alasan takut nyawa pasien tidak terselamatkan hingga sampai di tempat tujuan.

Akhirnya operasi pun dilakukan dengan kondisi Nisa tak sadarkan diri, namun tiba-tiba tim dokter tidak sanggup melanjutkan operasi dan menyarankan keluarga pasien untuk dirujuk ke Makassar.

Khaerunnisa pun dibawa ke Makassar. Terakhir saat baru tiba di RS Pelamonia, karena sebelumnya telah ditolak di tiga RS di Makassar, pasien pun sempat diperiksa, namun dokter mengatakan pasien telah meninggal 30 menit yang lalu.

Memang ada banyak berita yang tersebar di masyarakat kita mengenai kesalahan operasi di RS. Namun hal ini banyak yang tidak terlaporkan karena masyarakat tak berani bersuara.

Ada banyak kasus yang penulis dengar. Bahkan ada beberapa dokter rumah sakit dengan iming iming mendapat tambahan uang, ada pasien yang tak seharusnya melakukan operasi malah harus dioperasi.

Semua pasien tentu ingin mendapat perlakuan yang baik dari dokter yang menanganinya.

Baca: Masjid At-taubah Pasar Sentral Bagi 1.700 Paket Bingkisan Lebaran

Jika mereka mendapat pelayanan yang baik dari rumah sakit maka otomatis mereka tidak akan ragu malah akan bersemangat untuk datang berobat kedua kalinya.

Bisa dibayangkan jika seseorang sedang sakit dan harus dirujuk ke sebuah rumah sakit yang dokternya pernah melakukan malapraktik kepada keluarga atau pun dirinya sendiri.

Tentu ini akan berpengaruh kepada psikisnya. Alih-alih sembuh malah akan semakin sakit akibat rasa cemas.

Tidak Diskriminasi
Begitu pentingnya sebuah rumah sakit ‘menjual’ pelayanan berkualitas agar mendapat kepercayaan di hati masyarakat. Tidak membeda-bedakan tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat.

Kualitas sebuah rumah sakit tidak diukur seberapa besar bangunannya, ada berapa jumlah lantai dan kamarnya, tapi seberapa maksimal pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Setiap orang memiliki hak mendapatkan jaminan keselamatan kesehatan, baik yang kaya maupun
kurang mampu.

Dalam melaksanakan profesinya, hendaknya seluruh petugas pelayanan kesehatan terutama dokter, memperhatikan hak-hak pasien dan kewajibannya sebagai dokter yang telah diatur dalam
peraturan.

Aturan mulai dari Undang-undang No 36/2009 tentang Kesehatan, Undang-undang No 44/2009 tentang RS maupun peraturan lainnya diharap tidak hanya ada di lembar kertas semata.

Baca: Angkasa Pura I Dirikan Posko Terpadu di Bandara Hasanuddin

Catatan singkat ini barangkali hanya dimuat pada rubrik opini media massa. Namun bukan berarti opini ini hanya berhenti di tangan pembaca.

Diharapkan dari tulisan ini ada pihak yang mulai ikut bersuara dan memilih bertindak. Kita semua mengharapkan pelayanan kesehatan yang baik.

Bagaimana jika ada di antara kita atau keluarga kita yang berada di posisi korban yang tidak mendapatkan pelayanan baik?

Semoga keluarga kita sehat hingga Lebaran mendatang. (*)

Catatan: tulisan ini telah terbit di Tribun Timur edisi cetak, Selasa (28/05/2019)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved