Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

OPINI - Pemilu yang Pilu, Tinjauan Filosofi

Penulis adalah Mahasiswi Pascasarjana UINAM & Koordinator Rumah Kajian Filsafat Makassar

Editor: Aldy
zoom-inlihat foto OPINI - Pemilu yang Pilu, Tinjauan Filosofi
tribun timur
Mahasiswi Pascasarjana UINAM & Koordinator Rumah Kajian Filsafat Makassar

Sebagai negara yang terlanjur menganut sistem demokrasi, Indonesia sepatutnya konsisten pada aturan yang telah ditentukan.

Keberadaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 beserta seluruh aturan hukum dibawahnya, seharusnya menjadi pijakan fundamental dan bukan selamanya teori belaka.

Termasuk diantaranya penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) seharusnya tegak di atas nilai-nilai universal demokrasi.

Indonesia dengan kapasitasnya sebagai negara berkembang tidaklah dipungkiri dari tahun pertama 1995 silam hingga tahun-tahun berikutnya menorehkan banyak kekurangan dalam prosesi pemilu.

Olehnya membutuhkan kesadaran kolektif terus melakukan berbagai perbaikan meski harus menemui perdebatan-perdebatan pelik sesama warga negara.

Baca: Buka Puasa Bersama, Indonesia Marketing Assosiation Santuni Anak Yatim

Pemilu serentak tahun 2019 baru saja berlalu diselenggarakan dan tidak sedikit meninggalkan catatan hitam yang menambah deretan panjang ‘PR’ kita.

Jika pemilu-pemilu sebelumnya diselenggarakan tidak secara serentak (pemilu presiden dan legislatif), ini untuk kali pertama pemilu diselenggarakan serentak.

Pemilu kali ini lebih banyak menyita fokus publik terutama terhadap pilpres yang notabene ditunggangi polarisasi dua kubu yang saling berlawanan.

Berbagai asumsi muncul yang dikategori sebagai identitas dua kubu seperti misal kubu nasionalis dan religius, PKI dan radikalisme, Islam nasional dan trans-nasional semakin mencuri atensi publik.

Catatan hitam lainnya yang membuktikan ketidakdewasaan sistem di Indonesia sebagaimana dilansir banyak media adalah korban jiwa petugas KPPS hingga 554 orang disamping petugas yang sakit mencapai 3.700 an orang.

Puncaknya ketika hasil rekapitulasi suara kandidat pilpres terpilih digugat oleh kubu yang kalah dengan terjun aksi atas nama people power yang memicu kericuhan bahkan korban jiwa sekali lagi.

Politik uang di jajaran pileg dan pilpres tak perlu dinyaringkan, seisi tanah air sudah khatam.

Baca: IAC Pangkep Bagi-bagi 100 Paket Pabbuka di Jl Poros Sultan Hasanuddin

Yang tidak kalah memilukan adalah ketika publik diperhadapkan dengan beberapa tokoh bangsa yang seharusnya tampil menengahi, menyejukkan situasi yang kacau justru terkesan apatis bahkan sebagian ibarat memancing di air keruh.

Sebenarnya demokrasi tidaklah seburuk yang disangkakan mereka yang menolaknya. Sebagaimana sistem politik lainnya yang memuat sisi baik dan buruk, demokrasi pun demikian.

Suatu sistem tidaklah tegak dengan sendirinya, melainkan sejumlah variable harus menjadi penopangnya untuk dapat berfungsi maksimal.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved