Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Jika Gubernur-Wagub Terus Berkonflik, Sulsel Benar-benar di Ambang Kerusakan!

masyarakat memiliki secercah harapan, Nurdin Abdullah dan Sudirman bisa memimpin Sulsel tanpa konflik dan membawa Sulsel lebih baik ke depan.

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Mulawarman 

Nurdin Abdullah dianggap memiliki kecakapan dalam memimpin dan menggerakkan pemerintahan dengan efektif dan berkualitas, seperti yang ditunjukkan Nurdin Abdullah ketika 10 tahun memimpin Kabupaten Bantaeng.

Sementara Andi Sudirman, dianggap mewakili anak muda yg enerjik dan terpelajar. Itu terbaca pula di beberapa hasil survei beberapa lembaga survei di Makassar.

Plato yang menempatkan kaum terpelajar atau intelektual di kasta tertinggi dalam stratifikasi sosial masyarakat. Plato mengatakan, kaum intelektual itu yang paling cocok menjadi pemimpin sesungguh-sungguhnya pemimpin. Dalil Plato, mereka memiliki pengetahuan yang benar tentang kebajikan-kebajikan.

Paulo Freire (1961), yang mendukung Plato, mengatakan kaum intelektual selalu membawa kesadaran baru untuk perbaikan tatanam kebijakan-kebijakan sosial politik untuk masyarakat.

Jurgen Habermas, di buku - Teori Tindakan Komunikatif Rasio dan Rasionalitas Masyarakat (terjemahan Nurhadi,Kreasi 2006), mengingatkan, kaum intelektual adalah pribadi rasional yang selalu dikuasai oleh ilmu pengetahuan dalam bertindak. Pribadi rasional yang senantiasa memikirkan kualitas tindakan dan berdasarkan kebenaran. Pribadi yang terbuka, terbuka pada kritik.

Sementara Paul M Sniderman di karyanya - Personality and Democratic Politics (1976) - kaum terpelajar adalah pribadi rasional, dewasa dan mampu melenyapkan eksklusivitas, kepicikan berpikir, dan superioritas-inferioritas yang bisa menjadi bibit konflik.

Tetapi kenapa Prof Dr Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman Sulaiman yang menurut rakyat pemilih mereka, mewakili kaum terpelajar dan pribadi yang rasional, menjadi tidak rasional sehingga berkonflik yang dampaknya mengancam rusaknya seluruh tatanan rasional sosial politik, ekonomi dan budaya rakyat Sulsel.

Jika demikian, Sulsel benar-benar berada di ambang kerusakan. Karena laiknya sebuah transaksi, seperti kata Adam Smith, Karl Marx, Keynes, Warner Sombart atau Milton Friedman, motivasi sesungguhnya sebuah transaksi, adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi, bukan untuk keuntungan orang banyak atau masyarakat.

Sebenarnya, publik atau masyarakat memiliki secercah harapan, Nurdin Abdullah dan Sudirman bisa memimpin Sulsel tanpa konflik dan membawa Sulsel lebih baik ke depan.

Ketika masyarakat melihat adanya sederetan ilmuwan dan pakar atau kaum intelektual dengan gelar Professor dan Doktor di sekeliling Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman. Tetapi ternyata, mereka-mereka yang menjadi staf ahli dan penasihat Gunernur dan Wakil Gubernur Sulsel itu, hanyalah ilmuwan atau kaum intelektual yang tidak mampu menggunakan ilmunya (Jeremy Jenning, 1995). Kaum intelektual itu tak ubahnya laskar tak berguna.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Teman ‘Baru’

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved