Mampukah Nurdin Abdullah Jadi Pemimpin Sulsel?
Saya menyaksikan Prof Amirudin 10 tahun di Unhas dan 10 tahun di kantor gubernur. Amirudin tidak pernah memarahi anak buah di depan anak buah lainnya.
Mungkin orang-orang seperti Prof Yusran atau Dr Jayadi Nas yang menjadi staf ahlinya bisa membantu mencari solusinya. Yang jelas Sulsel butuh kepemimpinan berkualitas. Warani, malempu, getteng na ri parennuangi
Oleh Mulawarman
Pengamat Sosial Politik
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Jangan pernah memarahi anak buah di depan anak buah yang lain. Sikap itu akan menunjukkan secara nyata, anda bukanlah seorang pemimpin. John C Maxwell pakar kepemimpinan paling populer 5 tahun terakhir di dunia, menyebutkan hal itu dengan tegas.
Saya sependapat dengan Maxwell. Karenanya Saya menganggap Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin Abdullah, sejak memimpin Sulsel delapan bulan terakhir, bukan lagi seorang pemimpin.
Buktinya, akhir pekan pertengahan April 2019 Nurdin memarahi bahkan menfitnah Jumras bawahannya. Jumras adalah Kepala Biro Pembangunann Pemprov Sulsel. Nurdin menuduh Jumras, tanpa bukti yang jelas.
Nurdin Abdulah marah pada Jumras dengan amarah yang menggelegar. Pasalnya, Jumras menolak memberikan tiga proyek jalan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun anggaran 2018/2019 pada tiga Kabupaten kepada Anggu dan Feri. Anggu dan Feri adalah pengusaha dan kontraktor kenalan Nurdin Abdulah.
Anggu dan Feri atas perintah Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, Kamis dua pekan lalu, mendatangi Biro Pembangunan Pemprop Sulsel. Kepada Jumras, kedua kontraktor itu, meminta tiga proyek pembangunan jalan. Proyek itu masing-masing di Soppeng, Bone, dan Luwu.
Anggu dan Feri merupakan pengusaha kontraktor langganan banyak bupati di Sulsel.
Tak dinyana, Jumras menolak memberikan tiga proyek itu. Pasalnya, proyek sudah dalam tahap akhir lelang. Menurut Jumras, pihaknya harus segera mengumumkan nama perusahaan yang memenangkan lelang tersebut.
Penolakan itu berbuah pemanggilan atas Jumras dua hari kemudian. Nurdin Abdullah meminta Jumras menemuinya di ruang kerja gubernur pada Sekretariat Daerah Sulsel, Jalan Urip Sumoharjo. Ada pesan khususnya, penting!
Tanpa basa basi, Nurdin Abdullah menuding Jumras telah menerima fee dari proyek jalan di tiga kabupaten di Sulsel.
Kejadian itu disaksikan tiga orang. Ada Asri, Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) yang baru dilantik. Ada pula Prof Yusran dan Dr Jayadi Nas. Keduanya merupakan Staf Ahli Gubernur Sulsel.
Nurdin Abdullah mencopot Jumras dengan tidak terhormat dari jabatan Kepala Biro Pembangunan Pemprov Sulsel, saat itu juga.
“Saya copot kamu, karena kamu terima fee,” kata Nurdin Abdullah dengan intonasi suara yang meninggi.
Apa yg telah dilakukan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah pada Jumras anak buahnya, menurut Dr Muhammad Idris DP, mantan Deputi Diklat LAN Jakarta, menunjukkan kalau Nurdin Abdullah sedang mengalami krisis kepemimpinan atau Leadership Disfunction. Saat ini Muhammad Idris menjabat sebagai Sekretaris Propinsi Sulawesi Barat (Sekprop Sulbar).
Idris menambahkan, Nurdin telah melabrak etika dan hukum kepemimpinan. Nurdin, kata Idris telah mengabaikan hak dasar Jumras sebagai manusia. Ditegaskannya, Nurdin Abdulah telah merusak kerangka dasar kemanusiaan atau Hak Asasi Manusia (HAM).