Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Gegara Dukung Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Nasib 6 Guru SMA Ini Celaka

Gara-gara dukungan pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, nasib 6 guru ini sungguh apes.

Editor: Edi Sumardi
KOMPAS.COM
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto - Sandiaga Uno saat acara pengundian dan penetapan nomor urut pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2019 di gedung Komisi Pemilhan Umum, Jakarta, Jumat (21/9/2019). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Gara-gara dukungan pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, nasib 6 guru ini sungguh apes.

Sebanyak enam guru honorer di Kabupaten Tangerang, Banten, dipecat setelah kedapatan berfoto dengan pose dua jari dan pamer stiker calon Presiden dan calon Wakil Presiden atau Capres dan Cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.

Kepala Badan Kepegawaian Daerah ( BKD) Banten, Komarudin mengatakan, keenam guru tersebut dipecat satu hari setelah foto tersebut viral di media sosial pada Senin (18/3/2019).

"Iya betul dipecat, diberhentikan oleh Kepala Dinas Pendidikan ( Banten), karena pengangkatan oleh dinas," kata Komarudin saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (21/3/2019).

Komarudin menyebut, enam guru tersebut merupakan tenaga honorer di SMA Negeri 9 Kabupaten Tangerang.

Sementara tempat pengambilan foto dilakukan di salah satu ruangan di sekolah.

Dari analisis foto yang dilakukan dan berdasarkan laporan kronologi dari yang bersangkutan, kata Komarudin, foto tersebut diambil secara sengaja, karena diarahkan.

Foto enam orang yang diduga ASN di Provinsi Banten memegang stiker Prabowo viral di media sosial, Senin (18/3/2019).
Foto enam orang yang diduga ASN di Provinsi Banten memegang stiker Prabowo viral di media sosial, Senin (18/3/2019). (FACEBOOK ABOUT TANGERANG)

Keenamnya juga disebut melanggar aturan lantaran menggunakan atribut seperti seragam dan juga terdapat logo Provinsi Banten di bagian lengannya.

"Kalau non-ASN tidak ada pilihan, turun pangkat tidak ada pangkat. Itu sudah perjanjian antara pemberi kerja dan pekerja, ketika ada kode etik hal yang di luar kepatutan, pilihannya hanya itu," kata dia.

Komarudin mengatakan, pemecatan enam guru tersebut sudah sesuai aturan yang berlaku.

Dimana salah satunya tidak boleh berkampanye di lembaga pendidikan termasuk sekolah.

"Ini kan kejadiannya di sekolah, dan kedua mereka walaupun non-ASN tapi digaji dari APBD, apalagi pakai seragam. Kalau tidak ada tindakan khawatir seolah ASN tidak netral," ujarnya.

Sebelumnya, tersebar sebuah foto yang diduga PNS atau ASN di Provinsi Banten tengah berpose dua jari sambil pamer stiker Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.

Foto tersebut menampilkan enam orang berseragam coklat khas PNS dengan logo Pemerintah Provinsi Banten.

Elektabilitas Prabowo Subianto - Sandiaga Uno Naik

Hasil survei terbaru Litbang Kompas pada 22 Februari 2019 - 5 Maret 2019 menunjukkan kenaikan suara signifikan untuk pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.

Elektabilitas pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 02 itu naik 4,7 persen dalam enam bulan, dari 32,7 persen pada Oktober 2018 menjadi 37,4 persen pada survei kali ini.

Sebaliknya, elektabilitas rivalnya Joko Widodo-Ma'ruf Amin turun 3,4 persen, dari 52,6 persen pada Oktober 2018 menjadi 49,2 persen.

Selisih suara di antara kedua pasangan menyempit menjadi 11,8 persen.

Peneliti Litbang Kompas, Bestian Nainggolan, mengungkapkan, setidaknya ada tiga indikasi yang menopang besaran dukungan ke Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.

Pertama, jika sebelumnya pendukung Prabowo Subianto - Sandiaga Unoaga cenderung bertumpu pada kalangan menengah ke atas, pada survei kali ini penguasaan kalangan menengah atas itu semakin solid.

Prabowo Subianto - Sandiaga Uno tidak hanya berhasil menjaga basis pendukung kalangan menengah ke atas, tetapi juga memperluas kuantitas dukungan dari karakteristik kelompok itu.

"Di sisi kategori pendidikan responden, misalnya, mereka yang berpendidikan menengah ke atas tampak semakin bertumpu pada Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Saat ini, proporsi terbesar dari kalangan berpendidikan tinggi (46,1 persen) memilih Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Pada survei sebelumnya, hanya 38,4 persen," kata Bestian Nainggolan, seperti dikutip dari harian Kompas, Rabu (20/3/2019).

TERBARU Hasil Survei Capres-Cawapres, Berapa Jarak Persentase Prabowo-Sandi vs Jokowi-Ma'ruf

Kondisi demikian paralel dengan kategori sosial ekonomi responden.

Pada survei sebelumnya 34,5 persen responden berkategori sosial ekonomi menengah memilih Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, tetapi kali ini menjadi 40,5 persen.

Di kalangan atas, dari sebelumnya 32,6 persen menjadi 41,9 persen.

Pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno lebih populer di kalangan pemilih muda.

"Kedua, sekalipun tidak terlalu masif, perluasan dukungan terhadap Prabowo Subianto - Sandiaga Uno juga tampak di kategori responden lapis bawah sosial ekonomi. Di kalangan ini, mereka mampu meningkatkan dukungan dari 28,9 persen menjadi 32,5 persen," tulis Bestian.

Ketiga, perluasan dukungan terhadap Prabowo Subianto - Sandiaga Uno juga ditopang oleh loyalitas dan agresivitas para pendukungnya.

Pemilih Gerindra, PKS, Demokrat, dan PAN semakin loyal dan terfokus pada Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.

Di antara keempat partai itu, hanya PAN yang terkecil. Sebanyak 63,2 persen pemilih PAN memilih Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.

Namun, proporsi itu masih relatif lebih besar dibandingkan dengan besaran loyalitas dukungan para pemilih partai pesaingnya.

Hasil survei juga menunjukkan, pendukung Prabowo Subianto - Sandiaga Uno lebih aktif dan militan.

Ekspresi dukungan pemilih pasangan ini tak hanya ditunjukkan dengan sekadar mengikuti pemberitaan terkait pasangan dukungannya.

Mereka juga lebih banyak bereaksi dalam membela sosok pilihan mereka jika terdapat informasi yang dipandang merugikan.

"Bahkan, dari sisi pengorbanan materi, para pemilih Prabowo Subianto - Sandiaga Uno lebih banyak yang menyatakan siap memberikan sumbangan," kata Bestian Nainggolan.

Survei ini dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak melalui pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia, dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dan margin of error +/- 2,2 persen.(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved