Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Buku Ramang Macan Bola - Asal Muasal Munculnya Istilah Toami Ramang dan Anak Seorang Paraga (2)

Buku Ramang Macan Bola - Asal Muasal Munculnya Istilah Toami Ramang dan Anak Seorang Paraga (2)

Penulis: Arif Fuddin Usman | Editor: Arif Fuddin Usman
TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Patung legenda sepak bola Ramang berdiri atas bola dunia di kawasan Anjungan Pantai Losari Makassar, Selasa (31/1/2018). 

Buku Ramang Macan Bola - Asal Muasal Munculnya Istilah Toami Ramang dan Anak Seorang Paraga (2)

TRIBUN-TIMUR.COM - Mungkin tidak ada nama yang sangat diingat orang mulai dari anak-anak hingga dewasa seterkenal Ramang. Terlebih jika mereka berbicara sepakbola.

Zaman keemasannya selalu menjadi rujukan perihal keperkasaan tim yang diperkuatnya, PSM, Jika seseorang menggiring si kulit bundar, dari pinggir lapangan para pemonton akan berteriak ‘Ramang!!!!! Ramang!!!’

Padahal, mungkin mereka tidak pernah melihat Ramang itu sendiri. Termasuk, bagaimana kelincahannya di lapangan hijau.

Baca: Prakata dan Latar Belakang M Dahlan Abubakar Tulis Buku Legenda PSM Makassar: Ramang Macan Bola (1)

Baca: Polsek Biringkanaya Selidiki Pembusuran di Jl Dg Ramang Makassar

Persatuan Sepakbola Makassar (PSM) yang pernah diperkuatnya, identik dengan nama pria yang satu ini. Makanya, kini, kesebelasan ‘Ayam Jantan dari Timur’ itu kerap dijuluki ‘Pasukan Ramang’.

Nama itu menggurita hanya dari mulut ke mulut. Anak-anak itu mungkin hanya mengenal namanya melalui informasi dari media elektronik, khususnya radio.

Buku Ramang Macan Bola yang ditulis oleh Dahlan Abubakar. Buku ini mengupas banyak hal tentang legenda sepakbola Sulsel, Ramang.
Buku Ramang Macan Bola yang ditulis oleh Dahlan Abubakar. Buku ini mengupas banyak hal tentang legenda sepakbola Sulsel, Ramang. (Tribun Timur/Dika)

Pada masa awal tahun 60-an, saat benda atau kotak bergambar bergerak/hidup dan bersuara yang bernama televisi (TV) – yang memungkinkan orang dapat menyaksikan siaran langsung seperti sekarang ini – belum dikenal orang di republik ini.

Namun orang sudah mengenal nama Ramang. Ketika orang berbicara bahwa seseorang sudah masuk kategori uzur atau lansia, ikonnya selalu pada seorang Ramang. Tidak pada nama lain, Siapa pun dia,

Kalimat Jadi Ikon

“Toa mi Ramang,” begitu setiap orang saat mengetahui setiap menganalogikan seseorang yang sudah menurun prestasinya.

Kalimat pendek ini bermakna ‘Ramang sudah tua’. Anehnya, hingga Ramang meninggal (1987) orang masih menyebut kalimat dengan ikon tersebut.

Apa pasal? Sudah bisa ditebak, belum pernah ada orang di jazirah Sulawesi Selatan, bahkan di Indonesia sekalipun, yang menjadikan nama seseorang menjadi simbol kekuatan (untuk Ramang dalam cabang olahraga sepakbola).

Baca: Sisa 1 Hari! rekrutbersama.fhcibumn.com Sulit Diakses, Ini Link Alternatif Rekrut Bersama BUMN, Gaji

Baca: Kapolres Pangkep Juga Kecam Aksi Penembakan di Masjid Christchurch Selandia Baru

Ini sangat melegenda. Mengapa orang tidak mengatakan ‘Toa mi Soeharto’ atau ‘Toa mi Suwardi atau Noorsalam’, dua dari trio PSM yang sangat fenomenal itu bersama Ramang ketika jaya-jayanya di PSM.

Inilah buktinya bahwa nama Ramang memang mematri dalam benak sekian banyak orang. Analogi itu, masih terdengar hingga sekarang.

Bahkan anaknya, Anwar Ramang, pernah mengoreksi secara kelakar kepada seseorang yang masih mengatakan ‘Toa mi Ramang’ untuk mengibaratkan dirinya sudah tua. Ayah empat anak ini langsung menimpali sembari berkelakar.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved