Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

OPINI - Guru dan Era 4.0

Penulis adalah Trainer Sekolah Guru Indonesia dan Asosiasi Konsultan Sekolah Literasi Indonesia

Editor: Aldy
zoom-inlihat foto OPINI - Guru dan Era 4.0
tribun timur
Trainer Sekolah Guru Indonesia dan Asosiasi Konsultan Sekolah Literasi Indonesia

Oleh:
Jayanti MPd
(Trainer Sekolah Guru Indonesia dan Asosiasi Konsultan Sekolah Literasi Indonesia)

SAAT ini kita menghadapi tantangan perubahan dalam dunia pendidikan yang kian pesat, kurikulum 2013, pendidikan abad 21 dan yang teranyar, pendidikan 4.0.

Pada dasarnya, reformasi kurikulum tidak terlepas dari perkembangan teknologi dan tuntutan global, termasuk kurikulum terbaru sebagai upaya menjawab tantangan pendidikan abad 21 dan era industri 4.0.

Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Rusman dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Pembelajaran, bahwa kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya sebagai langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.

Baca: Bacaan Niat Puasa Rajab dan 5 Amalan Pendulang Pahala, Betulkah Bidah? Baca Penjelasannya

Baca: Polisi Periksa Pejabat Pemkab Gowa Terkait Dugaan Korupsi Kota Baru Pattallassang

Dengan memahami latar belakang dan konsep kurikulum terbaru, kita akan melihatnya sebagai suatu jawaban dalam menghadapi tantangan pendidikan masa depan yang menuntut peserta didik agar mampu berpikir kritis, berkolaborasi, memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan berpikir kreatif.

Perubahan adalah hal yang pasti. pilihan kita hanya dua, menghindar sehingga kita tertinggal atau menghadapinya agar kita mampu berkontribusi dengan peran terbaik sebagai seorang pendidik.

Mengapa penting bagi guru untuk menyesuaikan pembelajaran dengan tuntunan dunia masa depan?

Sebab kita tidak ingin kelak setelah keluar dari lembaga pendidikan, anak-anak didik kita hanya bisa gigit jari menyaksikan betapa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sumber daya manusia di luar sana.

Meskipun masih terdapat beberapa kelemahan dalam implementasinya, namun kurikulum yang baru telah menawarkan sejumlah wajah baru.

Jika dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum baru ini memang menawarkan sejumlah pembaharuan.

Baca: TRIBUNWIKI: Jadi Orang Terkaya di Dunia 2019, Ini Profil Bos Amazon.com Jeff Bezos

Seperti lebih besarnya unsur sikap atau karakter khususnya di sekolah dasar, penggunaan model pembelajaran berbasis siswa, organisasi kurikulum tematik terpadu untuk jenjang pendidikan dasar, penilaian otentik, dan keseimbangan antara pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Dengan mengimplementasikan kurikulum secara tepat dan kreatif, sebenarnya sudah cukup bagi guru sebagai upaya menyelenggarakan pendidikan berkualitas bagi anak didik.

Rendahnya pemahaman terhadap kurikulum menjadi salah satu latar belakang lemahnya implementasi kurikulum yang berakibat pada penolakan.

Tidak semua sekolah mampu menerapkan kurikulum 2013 meskipun telah dilaksanakan sosialiasi kurikulum di berbagai wilayah Indonesia.

Oleh karena itu, pada tahun 2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia kemudian mengeluarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160 tentang pemberlakuan Kurikulum 2006 dan kurikulum 2013.

Peraturan tersebut mengatur sekolah mana saja yang menggunakan kurikulum lama dan kurikulum baru. Perubahan kurikulum memang tidak mudah, khususnya bagi implementator.

Baca: Berkat Sperma, Wanita Ini Berhasil Penjarakan Bosnya Selama 11 Tahun, Begini Ceritanya

Kendala yang dihadapi pada umumnya sehubungan dengan konten, kemasan kurikulum dan kesiapan guru.

Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya pengembangan guru yang masif, berkelanjutan dan terukur. Kunci dalam menghadapi tantangan perubahan jaman memang adalah dengan belajar.

Budaya inilah yang perlu dilestarikan, khususnya dalam lingkup profesionalisme guru, sebab proses belajar merupakan suatu aktivitas yang terus menerus berlangsung dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari profesinya.

Tentunya, kita juga berharap semakin banyak kesempatan bagi guru untuk dapat terus mengembangkan diri, baik melalui program pengembangan, pelatihan, pendidikan lanjutan, maupun berbagai sumber belajar yang mumpuni.

Apalagi saat ini, semakin besar peluang guru untuk mengembangkan diri baik secara otodidak melalui buku, artikel ilmiah, hingga video pembelajaran yang mudah diakses dengan internet, maupun belajar kepada instruktur atau trainer baik secara gratis maupun berbayar, secara daring atau tatap muka.

Dalam perspektif kesiapan pendidikan kita dalam menghadapi pendidikan 4.0 yang ditandai dengan teknologi yang sangat cepat berubah, inovasi produksi, dan menggantikan ruang kelas, guru menjadi kuncinya.

Baca: TRIBUNWIKI: Ini 19 Atlet Indonesia di All England 2019, Hanya 8 yang Lolos Babak 2

Pelaksanaan pembelajaran yang stagnan pada metode ala era lama bukan hanya mengkhawatirkan rendahnya lulusan program pendidikan, namun juga penerimaan peserta didik terhadap gurunya.

Peserta didik masa kini memiliki ruang yang besar dan cakupan yang luas untuk mengakses informasi dan tidak hanya terpaku dalam lingkup sekolah apalagi ruang kelas. Mereka dengan mudah dapat mengakses berbagai ilmu dari media, khususnya internet.

Dengan memperbaharui pengetahuan dan keterampilan, guru dapat mengatasi kekhawatiran ancaman tergantikannya peran mereka oleh internet dan mesin. (*)

Catatan: Tulisan ini telah dipublikasikan juga di Tribun Timur edisi print, Kamis 07 Maret 2019

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved