VIDEO: Kisah Suhermin, Nenek Pemulung yang Hidup Sebatangkara di Kota Palu
Tampak tergolek lesu seorang nenek di sebuh teras salah satu ruko Jl Pue Bongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu
Penulis: abdul humul faaiz | Editor: Suryana Anas
Sudah hampir 20 tahun suhermin bekerja berjuang hidup degan mengais rezeki di tumpukan sampah.
Sejak suaminnya meninggal di thun 2000, terpaksa ia bekerja berjam-jam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Usia memang tidak bisa berbohong. Kekuatan nenek Suhermin sudah melemah.
Itu tampak saat ia mendorong sepeda ontel tua yang mengangkut krung berisikan sampah pelastik.
Tangan dan kakinya tampak gemetar. Ia harus menempuh belasan kilo lgi untuk sampai di rumahnya.
Sesekali nenek Suhermin istirahat sambil memerhtikan botol dan gelas pelastik bekas kemudian memungutnya.
Akhirnya di sebuah bundaran kota Suhermin beristithan cukup lama sambil mengisahkan wal mula ia sampi memulung di bumi tadulako.
Tahun 1980 silam, Suhermin menginjakkan kaki di Kabupaten Donggala.
Maksud untuk mengais rezeki di tanah kaili.
Di sebuah pelabuhan, akhirnya Suhermin bertemu dengan seorang pria muda asal Desa Binangga.
Beberapa waktu kemudian, Suhermin lalu ditawari untuk menjalin pernikahan dengan paman pria yang pernah berkenalan dengan dia di pelabuhan Donggala waktu itu.
Saat itu Suhermin masih berusia 35 tahun.
Namun nsib berkata lain. Sang suami tak berumur panjang.
Usia pernikahannya hanya 6 bulan. Suaminya dipanggil menghadap Allah SWT.
Kehidupan Suhermin berunbah seketika setelah sang suami meninggal.