Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Siapa Jenderal Polisi Bintang 3 & Bintang 4? Disebut di ILC Tadi Malam Saat Bahas Kasus Andi Arief

Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S. Pane membuat pernyataan mengejutkan dalam acara talkshow Indonesia lawyers Club (ILC TVOne)

Editor: Ilham Arsyam
Youtube
Andi Arief 

Namun kata Neta, jika memang perempuan itu bukan cepu atau informan polisi, maka polisi harus menjelaskannnya dan membuka identitasnya serta perannya di sana.

Sehingga, kata Neta, masyarakat tahu apa sesungguhnya peran wanita itu di sana.

"Apakah ia sebagai pemasok narkoba atau sekadar teman kencan," kata Neta S Pane, Selasa (5/3/2019).

Karenanya, Neta mendesak kepolisian menjelaskan secara transparan, mengenai seputar wanita cantik yang kedapatan bersama Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief, saat penangkapan terkait narkoba di kamar Hotel Peninsula, Jakarta Barat, Minggu (3/3/2019).

Dari informasi yang dihimpun, kata Neta S Pane, diketahui saat Andi Arief ditangkap di kamar hotel Menara Peninsula, Jakarta Barat, Minggu malam, ia bersama seorang wanita muda cantik berkulit putih, yang mengenakan tanktop merah muda, bercelana jeans dan sepatu warna perak serta mengenakan jam tangan kulit coklat.

"Selain wanita itu, polisi juga menemukan tas perempuan warna hitam di sudut kamar hotel, yang diduga milik wanita yang bersama Andi Arief," kata Neta.

Namun, dalam penjelasan resmi yang dilakukan Polri, keberadaan wanita itu tidak dijelaskan.

Bahkan, Polri menjelaskan bahwa Andi Arief diamankan dari dalam kamar hotel, seorang diri saja.

"Sehingga, muncul opini di masyarakat bahwa dalam menggunakan narkoba di kamar hotel itu, Andi Arief hanya seorang diri. Padahal sesungguhnya ada orang lain, yakni seorang wanita cantik yang bersama Andi Arief," kata Neta.

Karena hal itu, Neta S Pane menyatakan, Polri harus bersikap transparan dan tidak melindungi pihak-pihak tertentu.

"Jika polisi tidak bersikap transparan, apalagi bersikap diskriminatif, kondisi Indonesia yang sudah Darurat Narkoba saat ini akan semakin parah," jelasnya.

"Jika para politisi sudah menjadi budak narkoba, pemberantasan narkoba seperti apalagi yang bisa diharapkan di negeri ini. Sebab bagaimana pun pemberantasan narkoba perlu keputusan politik yang solid agar para bandar narkoba internasional tidak terus menerus mempecundangi bangsa ini," tambahnya.

Sebab itu, kata Neta, keberadaan wanita tersebut bersama Andi Arief menjadi penting dan perlu diungkap polisi secara transparan.

"Sehingga, bisa diketahui apa sesungguhnya peran wanita itu. Sebab bukan mustahil Andi Arief sebagai politisi yang selama ini kritis dan berseberangan dengan penguasa itu, dijebak pihak tertentu agar tidak bersuara lagi menjelang Pilpres 2019. Jika itu yang terjadi, tentu patut dipertanyakan, siapa wanita itu," papar Neta.

Atau kata Neta, Andi Arief sesungguhnya adalah pemakai berat narkoba dan sudah menjadi budak narkoba yang sudah masuk dalam radar kepolisian selama ini.

Terlepas dari semua itu, katanya, partai-partai politik di negeri ini sudah patut waspada menghadapi serangan para bandar narkoba yang berusaha merusak kader dan citra partainya.

"Di sisi lain, jajaran kepolisian jangan pernah takut untuk memberantas narkoba, meskipun melibatkan elit elit partai maupun elit politik," ujar Neta.

Sebelumnya dalam jumpa pers di Mabes Polri, Senin (4/3/2019) sore, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen M Iqbal mengatakan bahwa saat diamankan di dalam kamar Hotel Menara Peninsula, Jakarta Barat, Andi Arief hanya seorang diri.

Iqbal membantah informasi adanya seorang wanita yang bersama Andi Arief di dalam kamar hotel, saat diamankan polisi

"Di TKP hanya AA yang diamankan petugas. Tidak ada wanita saat itu. Makanya tadi kan saya dahului jangan percaya dulu atas info yang berseliweran. Untuk sementara, hanya satu yakni AA yang diamankan, bahwa nanti berkembang sebelumnya ada siapa dan lain-lain, kami akan sampaikan," kata Iqbal.

Iqbal juga membantah keras jika penangkapan politisi Andi Arief terkait narkoba ini, dikatakan sebuah jebakan yang dilakukan polisi terhadap politisi kubu tertentu, menjelang Pilpres 2019.

"Sama sekali tidak ada jebakan, tidak ada perencanaan. Ini semua spontan," kata Iqbal.

Ia menjelaskan ditangkapnya Politisi Partai Demokrat Andi Arief di Hotel Menara Peninsula, Minggu (3/3/2019) pukul 18.30, berawal dari laporan masyarakat. "Lalu kita lakukan mapping dan surveilance atas informasi itu," kata Iqbal.

Dari sana katanya petugas melakukan aksi penggrebekan di salah satu kamar di Hotel Peninsula, Jakarta Barat, pada Minggu 3 Maret 2019, pukul 18.30.

"Petugas mengerebek atau melakukan upaya paksa berupa penangkapan dan penyitaan sejumlah barang bukti. Benar bahwa yang di kamar tersebut dan kami amankan adalah AA," kata Iqbal.

Menurutnya beberapa yang diduga barang bukti yakni seperangkat alat hisap narkoba juga disita petugas.

"Jenis narkoba yang ada di ruangan tersebut, kita tidak dapat temukan," kata Iqbal.

Namun katanya ada barang bukti seperangkat alat hisap sabu di sana yang diamankan pihaknya.

Sehingga, diduga sabu sudah habis dikonsumsi Andi Arief.

"AA kini sedang dalam pemeriksaan termasuk para saksi-saksi. Dan kami juga sudah lakukan tes urin terhadap yang bersangkutan dan positif mengandung metampetamin, narkotika jenis sabu," kata Iqbal.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved