Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Begini Reaksi Rocky Gerung Usai Kembali Dilaporkan ke Polisi karena Diduga Menghina Haji Agus Salim

Rocky Gerung dilaporkan kelompok mengatasnamakan 'Anak Nagari' ke Polda Sumatera Barat.

Editor: Ilham Arsyam
twitter
Rocky Gerung 

Begini Reaksi Rocky Gerung Saat Kembali Dilaporkan ke Polisi karena Diduga Menghina Haji Agus Salim

TRIBUN-TIMUR.COM - Kabar buruk menghinggapi fans pengamat politik Rocky Gerung.

manatan sosen UI itu kembali dilaporkan kepolisi Selasa (5/3/2019).

Rocky Gerung dilaporkan kelompok mengatasnamakan 'Anak Nagari' ke Polda Sumatera Barat.

Rocky dilaporkan karena diduga menghina salah satu pahlawan nasional asal Sumbar, KH Agussalim.

Salah satu anggota 'Anak Nagari' Dony Magek Piliang mengatakan, dasar laporan itu karena adanya video yang beredar di Youtube maupun grup-grup WA.

Dalam video tersebut, Rocky menyebutkan Haji Agus Salim memiliki jenggot serupa kambing. 

"Rocky Gerung yang mengatakan Haji Agus Salim punya jenggot kayak kambing. Acara di suatu tempat, saya tidak tahu di mana lokasinya. Tapi itu sudah viral di sosmed," katanya kepada wartawan di Polda Sumbar.

Reaksi Rocky Gerung

Rabu (6/3/2019) pagi, Rocky langsung bereaksi atas berita adanya laporan tersebut.

"Baca komen-komen akal sehat terhadap berita dungu ini. Tks," tulis Rocky di akujntwitternya yang menautkan berita terkait.

Rocky kemudian me-mantio salah satu akun @habibthink.

"Ini buat si @habibthink dungu yang buta huruf sejarah tapi cepat naik darah:))," tulisnya.

Dalam beberapa kali diskusi, Rocky memang kerap menceritakan kisah Haji Agus Salim.

Dalm pemaparannya, Rocky bercerita jika pada sebuah forum Haji  Agus Salim mendapat ejekan 'mbekk mbekk'.

Hal itu karena H Agus Salim dianggap memiliki janggut menyerupai kambing.

Rocky menjelaskan, sebagai seorang intelek, Haji Agussalim tidak marah melainkan membuat sindiran metafora.

"Panitia, setahu saya, saya diundang ke forum ini untuk berbicara kepada manusia. kenapa ada binatang di ujung sana," kata Rocky menirukan ucapan Haji Agussalim.

Berikut videonya:

Terbitkan kartu Pra-Dungu

Sering mengucapkan kata dungu di depan publik, Pengamat Politik Rocky Gerung menerbitkan Kartu Pra Dungu.

Dilontarkannya Kartu Pra Dungu Rocky Gerung, saat menghadiri acara Forum Pikiran Akal dan Nalar, pada Selasa (5/3/2019) di Surabaya.

Diketahui Kartu Pra Dungu Rocky Gerung dilontarkannya setelah mengkritik Kartu Pra Kerja yang diterbitkan oleh Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi.

Diketahui, Kartu Pra Dungu itu dilontarkan setelah dia mengkritik rencana Jokowi menerbitkan kartu Pra Kerja. 

"Untuk menyukseskan supaya ia mau dipilih, ia mengeluarkan seluruh kartu. Bahkan, ada Kartu Pra Kerja. Buat Anda yang belum kerja, Anda akan diberi gaji oleh pemerintah," begitu kalimat yang dilontarkan Rocky Gerung kepada peserta acara.

"Semua kartu ini sudah dikeluarin, kecuali Kartu Pra Dungu. Dan sepertinya kartu itu tak akan dikeluarkan, karena akan dipakai sendiri," lanjutnya dengan disertai tepuk tangan peserta pertemuan yang hadir.

Hari itu, Rocky Gerung memang didaulat menjadi salah satu pembicara di forum tersebut.

Selain mengkritik kartu Pra Kerja, Rocky Gerung juga menanggapi masih besarnya undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pilihan pada survei Polmark Indonesia yang dirilis di hari yang sama.

Menurutnya, para pemilih tersebut muak dengan kinerja pemerintah saat ini.

"Kali ini memperlihatkan bahwa, mengapa masih ada undecided voters yang justru bertambah ketika waktu menyempit," kata Rocky di awal sambutannya.

Rocky mengatakan bahwa petahana seharusnya diuntungkan dengan statusnya sebagai pemangku kebijakan saat ini.

"Mereka yang undecided ini, undecided terhadap petahana. Sebab, seharusnya ada captive market terhadap petahana. Namun, nyatanya, justru bertambah. Itu mencengangkan kita," urainya.

Pengamat Politik, Rocky Gerung penuhi panggilan kepolisian terkait kasus penodaan agama di Ditkrimsus Polda Metro, Jakarta Selatan, Jumat (1/2/2019). Ia berjalan sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah langit biru.
Pengamat Politik, Rocky Gerung penuhi panggilan kepolisian terkait kasus penodaan agama di Ditkrimsus Polda Metro, Jakarta Selatan, Jumat (1/2/2019). Ia berjalan sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah langit biru. (Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha)

Berbagai cara yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo sebagai calon presiden dari unsur petahana nyatanya tak banyak memberikan efek elektabilitas. Utamanya, bagi kalangan milenial.

Selain itu, ia juga mengkritik program infrastruktur di era Jokowi. Yang mana, pembangunan besar-besaran tersebut hanya bisa mengangkat pertumbuhan ekonomi di angka 5,1 persen.

"Seluruh cerita sukses itu, mulai bangun jembatan, infrastruktur, faktanya hanya bisa membuat pertumbuhan ekonomi tak lebih dari 5,1 persen," katanya.

"Padahal, kalau membangun jalan tol, ngumpulin tukang di Jawa untuk membuat jalan, sudah pasti jadi. Bagaimana mungkin, negara mempromosikan prestasinya dengan sekadar membangun jalan tol?" ujarnya.

PRESIDEN Jokowi
PRESIDEN Jokowi (jakartainsight.com)

Pembangunan jalan tol tersebut nyatanya membuat angka pengangguran belum banyak teratasi.

"Ini (pekerjaan membangun jalan tol) pekerjaan sangat teknis. Dan dihasilkan dari hutang. Siapa pun bisa melakukan itu," katanya.

"Pada saat yang sama, jalan tol dibangun, ada data bahwa penganggur terbesar di Indonesia di angka 17-26 tahun. Artinya, mereka yang punya kecemasan adalah para generasi milenial," lanjutnya.

Menurutnya, bukan hanya kalangan milenial, kecemasan serupa dirasakan oleh Emak-Emak.

"Yang bisa membaca kecemasan para milenial ini adalah para Emak-Emak. Jadi, kalau ingin melihat ketidakadilan ekonomi, silakan tatap mata emak-emak," ujarnya.

"Mata emak-emak, pagi-pagi harus menyisakan uang belanja untuk memberikan uang jajan kepada anaknya di esok harinya. Ini yang dirasakan emak-emak. Sehingga, seluruh sukses yang diucapkan oleh petahana adalah pencitraan yang dungu," ujarnya.

Ia pun menjadi sangsi dengan data yang dikeluarkan oleh pemerintah. "Apapun dalil yang dikeluarkan petahana, dibatalkan oleh kasus yang ada di setiap hari. Model semacam ini, ada kemuakan terhadap pencitraan," ulasnya.

Menurutnya, berbeda halnya, kalau dicitrakan dalam satu identitas.

"Sebab, kali ini diidentikkan dengan petinju, pemanah, naik motor gede, jadi raja. Apa yang otentik kalau ganti-ganti terus?" katanya.

Sehingga, pihaknya menegaskan adanya desakan dari arus bawah untuk menyegerakan adanya perubahan.

"Undecided voters menunggu pemerintah baru untuk mewujudkan perencanaan keluarga yang lebih masuk akal," ungkapnya.

"Saya sering disinggung bahwa saya sedang menggelar karpet merah untuk Pak Prabowo. Saya katakan bahwa saya tidak ada urusan dengan warna karpet Pak Prabowo di istana nantinya," ujarnya.

"Kita hanya harus memastikan bahwa karpet itu bisa digelar di istana, dan yang menggelar itu adalah emak-emak. Namun, sebelumnya kita gulung dulu karpet merah yang sudah pudar itu," kata Gerung di sambut riuh tepuk tangan peserta pertemuan.

Untuk diketahui, survei Polmark yang dilakukan di 73 dapil se-Indonesia, Jokowi-Maruf unggul dengan 40,4 persen.

Sedangkan penantangnya, Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno hanya meraih 25,8 persen.

"Sedangkan sisanya, sekitar 33,8 persen belum menentukan pilihan atau undecided voters," kata Eep Saefulloh Fatah, Founder dan CEO Polmark Indonesia pada saat penyampaian di Forum Pikiran Akal dan Nalar di Surabaya, Selasa (5/2/2019).

Meskipun unggul, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf tersebut belum terbilang aman. Penyebabnya, tak selazimnya, seorang petahana memiliki elektabilitas di bawah 50 persen.

"Kalau masih di bawah 50 persen, belum angka aman. Kita bisa melihat, petahana yang kalah pada pilkada DKI Jakarta di 2012 dan 2017 silam memiliki gejala yang sama," jelas Eep pada penjelasannya.

Jokowi Vs Prabowo.
Jokowi Vs Prabowo. (tribunnews)

Hal ini diperparah dengan pemilih yang mantab mendukung Jokowi-Ma'ruf baru sebesar 31,5 persen, sedangkan sisanya masih berpeluang mengubah pilihan.

"Sehingga, kalau melihat potensi itu, masih ada 48 persen pemilih yang masih bisa diperebutkan," tandasnya.

Eep menjelaskan bahwa survei yang dilakukan Polmark kali ini dilakukan di 73 dapil se-Indonesia melalui 73 survei berbeda.

Di tiap surveinya untuk tiap dapil, survei melibatkan 440 orang. Sementara khusus untuk Jabar 3, melibatkan 880 orang.

Menggunakan metode multistage random sampling, survei ini memiliki margin of error sekitar 4,8 persen serta tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.

Eep juga menjelaskan bahwa survei yang dilakukan rentang waktu Oktober 2018 hingga Februari 2019 ini merupakan kerjasama pihaknya dengan PAN.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved