Lawan Fintech, Multifinance Gaet Nasabah dengan Investasi IT
Di era digitalisasi memang tak ada pilihan bagi multifinance selain berinvestasi besar di pengembangan TI.
TRIBUN-TIMUR.COM - Tidak mau kalah dengan kehadiran financial technology (fintech), multifinance juga berusaha meningkatkan teknologi digital untuk menggaet nasabah.
Perusahaan multifinance meningkatkan investasi di teknologi informasi atau TI.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, kepada KONTAN, Rabu (27/2/2019) mengatakan investasi digital multifinance banyak digunakan untuk mengoptimalkan pembiayaan.
Ia menyebutkan di era digitalisasi memang tak ada pilihan bagi multifinance selain berinvestasi besar di pengembangan TI. Salah satu perusahaan yang cukup besar investasi di IT adalah BCA Finance.
Baca: Fintech dan Jebakan Setan Online
Baca: Segera di Makassar, Pinjam Rp 20 Juta Cairnya Cuma 10 Menit
Presiden Direktur BCA Finance, Roni Haslim mengatakan, di 2019 ini alokasi investasi untuk IT sebesar Rp 99 miliar.
“Mayoritas untuk upgrade perangkat keras atau hardware, sisanya untuk peningkatan perangkat lunak atau software,” tuturnya.
Direktur Mandiri Tunas Finance (MTF), Harjanto Tjitohardjojo mengatakan pada 2019 ini investasi IT meningkat sekitar 10%. “Kami melakukan penguatan di infrastruktur dan penambahan kapasitas seiring dengan bisnis,” ujarnya.
Untuk digital, MTF menyiapkan dua sisi, yaitu internal dan eksternal. Dari segi internal MTF sedang menyiapkan percepatan proses seperti digital scoring, perbaikan proses penagihan dan scoring penagihan.
Baca: OJK Rilis 99 Fintech Berizin, Zulmi: Belum Ada Dari Sulsel
Baca: BNI Geber KPR Griya Segmen Milenial, Tawarkan Tenor Hingga 25 Tahun
Sementara eksternal, MTF bekerja sama dengan beberapa e-commerce agar bisa mendapatkan bisnis.
Selain itu, MTF juga bekerja sama dengan dua fintech untuk diversifikasi bisnis. MTF juga berusaha mengembangkan aplikasi untuk mempermudah promosi dan pengajuan kredit via digital.
Sementara Chief External Affair Home Credit Indonesia, Andy Nahil Gultom mengatakan perusahaan banyak melakukan investasi di digital seiring dengan keinginan untuk meningkatkan porsi pembiayaan online.
“Saat ini pembiayaan online baru berkontribusi kurang dari 20% dari total pembiayaan,” ujarnya.(*)