Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kepala Kesbangpol Selayar: Warga Binaan Tidak Boleh Terkucilkan

Kesbangpol Kabupaten Selayar menggelar dialog publik wawasan kebangsaan di Rutan Kelas II B Selayar

Penulis: Nurwahidah | Editor: Suryana Anas
TRIBUN TIMUR/NURWAHIDAH
Kesbangpol Kabupaten Selayar menggelar dialog publik wawasan kebangsaan di Rutan Kelas II B Selayar, Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Kamis (21/2/2019). 

TRIBUNSELAYAR.COM, BENTENG - Kantor Kesatuan Kebangsaan dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Selayar menggelar dialog publik wawasan kebangsaan di Rutan Kelas II B Selayar, Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Kamis (21/2/2019).

Pemateri Dandim 1415 Selayar Letkol Arm Yuwono, dan Kapolres Selayar AKBP Taovik Ibnu Subarkah.

Dihadiri Kepala Kesbangpol Selayar Ince Rahim, kepala Rutan kelas II B Selayar Dedi Setiawan, Kasubid Integrasi Bangsa Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Rusman, dan pewagai rutan dan 120 warga binaan rutan Selayar.

Baca: Ini Manfaat Program AKio Gagasan Pemkab Gowa

Baca: Listrik Padam di Maros Hingga Sore hari Ini, Catat Wilayah Terdampak

Baca: VIDEO: Kepala BPN Luwu Utara Mangkir Dari RDP di DPRD

Kepala badan kesatuan bangsa dan politik Ince Rahim mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan, untuk memenuhi hak para binaan, untuk menerima dan mendapatkan pengetahuan terkait bela negara dan cinta tanah air.

"Hal terpenting yang harus dipahami adalah warga binaan tidak boleh terkucilkan. Mereka memiliki hak untuk bermasyarakat, hal untuk membela negara, hal untuk menyatukan bangsa dan negara, hak cinta tanah air dan me mendapatkan hak lainnya," ujarnya.

Menurutnya, wawasan kebangsaan ini penting bagi kita, karena bentuk pengekohan eksitensi sebagai bangsa yang kuat bersatu dan berdaya saing serta terjaganya sejarah dan kecintaan terhadap tanah air.

Ia menambahkan bahwa perlu dipahami bahwa kegiatan ini dilatar belakangi beberapa kondisi diantaranya, tercabutnya nilai-nilai religius dari akar budaya bangsa sehingga orang ingin serba instan, tidak sabar, pragmatis, meterialistis, induvidualis sampai pada tingkat krisis kemanusian yang berbahaya,

"Perkembangan sikap primordialisme sempit, kesukuan, kedaerahan dan diskriminasi berlatar belakang suku, agama, rasa dan antara golongan
( Sara)," ungkapnya. (*)

Laporan Wartawan TribunSelayar.com, Nurwahidah, IG: @ Nur_Wahidah_Saleh

Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :

Follow juga akun instagram tribun-timur.com:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved