Tiket Pesawat Mahal, Bandara Mulai Sepi, Kemenhub Beberkan Penyebabnya, Sebut Harga Masih Wajar
Isu mahalnya tiket pesawat masih menjadi perhatian publik. Hal ini tentu berpengaruh terhadap daya beli masyakarat, utamanya wisatawan.
Bila dilihat dari aktivitas pesawat di SHIAM, tentunya beberapa pesawat tidak beroperasi maksimal.
“Yah maksimal 12 jam perjalan per pesawat atau 6 kali terbang. Tarif naik, ada yang 4 jam saja beroperasi,” katanya.
Ia pun menghawatirkan, bila ini berlanjut, ada pesawat yang terparkir.
“Peristiwa ini memang berpegaruh pada pendapatan Airnav, tetapi mempermudah kami dalam mengaturnya,” katanya.
Selain itu, revenue atau pendapatan AirNav Cabang Utama MATSC didominasi dari penerbangan luar negeri.
“Sekitar 70 persen revenue kami dari pesawat luar negeri. Sisanya dari penerbangan domestik. Padahal. pengaturannya lebih banyak penerbangan domestik, namun inilah tugas dan bakti kami kepada negara,” jelas Novy Pantaryanto.
Penjual Suvenir
Rahmawati duduk tepekur di sekeliling dagangannya di lantai 2 Bandara Hasanuddin.
Di dinding toko seukuran 4x4 meter itu terpajang hiasan Kupu-kupu Bantimurung, beberapa kue tradisional Sulsel, markisa, dan kain tenun khas Toraja.
“Setiap hari toko sepi seperti ini,” ujar wanita berhijab itu.
Beberapa saat kemudian seorang lelaki dan seorang perempuan memasuki tokonya. Perempuan itu mengangkap beberapa kaos khas Sulsel.
Baca: UAS Dibaiat Tarekat Naqsabandiyah oleh Habib Luthfi, Sekarang Disapa Syekh Abdul Somad Ciri Khas NU
Baca: Apa Solusinya? Ratusan Jenderal dan Kolonel TNI Tanpa Jabatan Cuma Ikut Apel & Reaksi Jubir TNI
Baca: Jadwal Liga Inggris Malam Ini, Manchester United & Liverpool Lawan Mudah? Big Match City vs Chelsea
"Seperti inilah kondisinya. Sepi penjualan, sejak kenaikan harga tiket pesawat. Lebih banyak waktu menunggu dibanding melayani pembeli," kata Rahmawati.
Menurutnya, kebanyakan calon penumpang enggan beli oleh-oleh lagi karena terbebani biaya bagasi yang mahal.
Hanya orang tertentu yang mau membeli oleh-oleh, itupun jumlahnya sedikit.
Warga yang datang, hanya membeli oleh-oleh yang ringan, diantaranya gantungan kunci peta Sulawesi dan gelang.
"Orang mau belanja, tapi tidak jadi. Kebanyakan hanya mampir tanya harga lalu pergi. Mereka berpikir, biaya bagasi yang terlalu mahal. Mereka sudah dikenakan biaya tambahan, khusus barangnya saja. Makanya jarang mau beli oleh-oleh," jelas Rahmawati.