15 Tahun Tribun Timur
Hyperlocal (catatan 15 tahun tribun timur)
Catatan Ultah 15 Tahun Tribun Timur Makassar; Meyer meyakini yang punah bukanlah jurnalisme melainkan bisnis menjual kertas koran dan hilangnya outlet
Setelah mendapat ‘hak tayang’ dari pemilik video, kami mengubah informasi itu menjadi berita.
Kami membuat grafis lokasi kejadian, menyunting beritanya, dan mencetaknya di surat kabar keesokan harinya.
Secara simultan, beritanya juga dipublish di www.tribun-timur.com, diunggah di akun resmi Facebook, Twitter, Instagram, Google+ dan akun YouTube kami yang semua sudah berstatus centang biru; “verified”
Jika hanya viral di media sosial; tanpa identitas demografi, tanpa kronologis, jalan cerita, dan motif, informasi itu mungkin hanya akan jadi sampah digital alias HOAX.
Jurnalis Tribun Timur terjun ke lokasi.
Mewawancara orangtua, kerabat, dan kepala kampung almarhum.
Selain teks, kami memotret dan mengabadikan lokasi ular memamah Akbar dengan kamera video smartphone.
Pada saat bersamaan, newsroom kami melengkapi 5W+1H (what, when, where, who, why dan how) insiden langka itu lalu mempublikasikannya.
Itulah yang kami namakan berita.
Kami mengubah raw material ‘HOAX” dari pedalaman Sulawesi menjadi ‘fakta’.
Itulah yang oleh akademisi dengan digital information age didefenisikan sebagai hyperlocal,
Dan Tribun Timur sudah memulai itu.
Terus terang, seperti manusia dan makhluk hidup lain, surat kabar tidaklah kekal.
Kami sadar pasti punah.
Dalam Teori Evolusi; bukan siapa yang terkuat yang bertahan. Tapi siapa yang cepat beradaptasi,” begitu kata Charles Darwin.