Skripsi #2019GantiPresiden, Mahasiswi Regita Anggia Jadi Wisudawan Terbaik, Ini Reaksi Hotman Paris
Judul Skripsi Tentang #2019GantiPresiden, Mahasiswi Regita Anggia Jadi Wisudawan Terbaik
"Kalau sekarang jelas kita ingin menjadi kontestan Pak Jokowi di 2019 pada 17 April 2019."
"Kita ingin menghadirkan demokrasi yang tangguh sehingga Pak Jokowi punya lawan yang seimbang," ujar Mardani.
Baca: Bukan Prabowo atau Sandiaga Uno, Apalagi Rocky Gerung, Hanya Ahok yang Bisa Kalahkan Jokowi
Baca: Harga BBM Turun, Premium Jadi Rp 6.450, Ini Catatan Naik Turunnya BBM Selama Era Jokowi
Latar Belakang Munculnya #2019GantiPresiden
Dilansir dari wikipedia.com , #2019GantiPresiden diperkenalkan oleh politikus dari Partai Keadilan Sejahtera yaitu Mardani Ali Sera dengan tujuan untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.
Pernyatan Mardani diperkuat dengan pernyataan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman.
Sebelumnya, sebuah gerakan bernama sama juga diluncurkan oleh Mardani di akun Twitter pribadinya pada 27 Maret 2018.
Mardani menyebutkan bahwa tagar ini meniru kesuksesan pemain Liverpool Mohamed Salah. Mardani juga menyebut tagar ini merupakan antitesis dari kampanye pendukung Joko Widodo di media sosial.
Sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan gerakan ini dilancarkan. Terdapat ajakan kepada masyarakat untuk bersama-sama mengenakan kaus #2019GantiPresiden.
Baca: Bukan Prabowo atau Sandiaga Uno, Apalagi Rocky Gerung, Hanya Ahok yang Bisa Kalahkan Jokowi
Baca: Harga BBM Turun, Premium Jadi Rp 6.450, Ini Catatan Naik Turunnya BBM Selama Era Jokowi
Reaksi Hotman Paris
Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla turut memberikan tanggapannya soal deklarasi #2019GantiPresiden.
Dikutip dari Tribunnews.com, Wakil Presiden Jusuf Kalla menganggap deklarasi #2019GantiPresiden menjadi gerakan kampanye sebelum waktunya.
"Itu pasti bagian daripada kampanye yang belum waktunya."
"Tapi, kalau mau kampanye jangan bilang ganti presiden, bilang pilih ini pilih ini," kata Kalla di kantor wakil presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (28/8/2018).
Ia berharap cara penyampaian aspirasi politik dapat dilakukan dengan cara yang santun.
"Jadi dengan sopanlah. Bahwa memang tempatnya pemilu itu memang cuma dua pilihannya, tetap presiden atau presiden terganti," ujar JK.
Kalla pun tak sependapat jika kejadian itu disebut makar dan mengkhawatirkan kejadian dapat berlanjut menjadi konflik.
"Enggaklah, kalau makar sih engga. Bahwa tidak pada tempatnya dan takut terjadi konflik," ungkapnya.
Sebelumnya, Menko Polhukam Wiranto mengimbau politisi menahan diri agar tidak membuat suasana menjadi tambah panas.
Sebab, saat ini tahapan Pemilu 2019 sedang berjalan.
"Yang penting ialah masyarakat terutama politisi bisa menahan diri untuk tidak membuat suasana menjadi terlalu panas," kata Wiranto di Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin 27 Agustus 2018.