Headline Tribun Timur
Pesawat di Bandara Makassar Berkurang 80 Per Hari, Fahri Hamzah Colek Wapres JK 'Harga Tiket Mahal'
Headline Tribun Timur Makassar hari ini membahas dampak tiket pesawat Mahal. Fahri Hamzah menyentil Wapres Jusuf Kalla
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Mansur AM
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Inilah dampak nyata tiket pesawat Mahal.
Frekwensi penerbangan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar juga berkurang hingga 80 per hari.
Headline Tribun Timur Makassar hari ini membahas dampak tiket pesawat Mahal.
Harga tiket melambung tinggi, jumlah penerbangan menurun, Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah berkomentar.
Baca: Banyak Jenderal & Kolonel Nganggur Kerjanya Upacara Tiap Hari, Komentar Salim Said & Jubir TNI
Baca: Viral Siswa Melawan Guru saat Ditegur Merokok, Ini 3 Kasus Penganiayaan Guru yang Viral di Indonesia
Baca: Buat Para Driver Ojol, Baca Ini Sebelum Kamu Kena Tilang dan Denda Rp 750 Ribu
Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menanggapi headline harian Tribun Timur edisi, Ahad atau Minggu (10/2/2019) berjudul Pesawat di Bandara Hasanuddin Berkurang 80 Per Hari.
Tanggapan politikus Partai Keadilan Sejahtera ( PKS) tersebut disampaikan melalui akunnya pada Twittter @Fahrihamzah.
Fahri Hamzah yang sedang transit di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Makassar, Sulsel, membaca harian Tribun Timur di dalam kabin pesawat udara yang ditumpanginya.
Fahri Hamzah transit di Makassar saat dalam perjalanan menuju Gorontalo untuk menghadiri deklarasi organisasi kemasyarakatan Gerakan Arah Baru Indonesia atau Garbi.
"Transit di Makasar, Dapat koran lokal dan Headline-nya, “Pesawat Di Bandara Hasanuddin Berkurang 80 PerHari”. Ini kampung wapres ekonomi kok gak meroket ya? Ini dah mau Pilpres lagi #EkonomiGakMeroket," demikian kicauan Fahri Hamzah pada pukul 10:52 Wita sekaligus menyentil pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla.
Baca: Banyak Jenderal & Kolonel Nganggur Kerjanya Upacara Tiap Hari, Komentar Salim Said & Jubir TNI
Baca: Viral Siswa Melawan Guru saat Ditegur Merokok, Ini 3 Kasus Penganiayaan Guru yang Viral di Indonesia
Baca: Buat Para Driver Ojol, Baca Ini Sebelum Kamu Kena Tilang dan Denda Rp 750 Ribu
Menurut Fahri Hamzah, seharusnya kondisi demikian tak terjadi sebab Makassar adalah kampung pengusaha sekaligus Wapres dan momentum ini bertepatan dengan jelang Pillpres 2019.
Diberitakan melalui headline harian Tribun Timur, Kenaikan harga tiket disebut menjadi bom waktu bagi industri penerbangan Tanah Air.
Lalu lintas Sultan Hasanuddin International Airport Makassar (SHIAM) semaikin menurun.
Sebagian netizen menyebut kenaikan harga ini sebagai “wabah tiket”.
Di sisi lain, kapal laut semakin bergairah di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar.
AirNav Cabang Utama Makassar Air Traffic Service Center ( MATSC) mencatat, lalu lintas pesawat di SHIAM sejak serangan “wabah tiket", Desember 2018, berdampak pada menurunnya intensitas take off dan landing pesawat.
“Penurunannya di angka 15 persen. Angka pastinya berapa, nanti kita sampaikan. Namun kenaikan tarif pesawat menjadi penyebab utama,” kata GM AirNav Cabang Utama Makassar Air Traffic Service Center ( MATSC), Novy Pantaryanto, saat bertandang di redaksi Tribun Timur, Jl Cenderawasih nomor 430, Makassar, Sabtu (9/2/2019) petang.
Menurutnya, aktivitas pesawat pada Januari 2019 bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu terjadi penurunan double digit.
Bahkan, bila dibandingkan rerata aktivitas pesawat per hari di 2018 dengan aktivtas pada Sabtu (9/2/2019) sangat jauh penurunannya.
“Sabtu ini hanya 270 pesawat, padahal di 2018 rerata per hari bisa 300-350 pesawat. Itu di SHIAM, pun di Bandara Seokarno-Hatta yang biasanya rerata per hari 1.200 pesawat, kini di bawah 1.000 pesawat,” kata Novy Pantaryanto.
Menurutnya, kondisi itu berdampak sistematik.
Jika tidak segera ditemukan jalan keluar, maka industri penerbangan terancam “gulung tikar”.
Seperti di Sulsel, kata Novy Pantaryanto, saat tarif pesawat naik, membuat alternatif tranportasi yakni Kapal Pelni laris manis.
“Belum lama ini saya ketemu dengan GM Pelni di bandara. Katanya lagi panen pas tarif pesawat naik. Nah, kita tunggu saja apakah pihak maskapai yang menurunkan harganya, atau banyak pesawat yang terparkir karena keterisiannya sangat minim,” jelas Novy Pantaryanto.
Ini beralasan, kata Novy Pantaryanto, mengingat cost yang dikeluarkan maskapai untuk sekali terbang tidak sedikit.
Mulai dari bahan bakar, pajak manifest, biaya airport, pembayaran pilot dan pramugari.
“Biaya bahan bakar 50 persen dari biaya operasional. Makanya, beberapa pesawat dari maskapai menggabungkan penumpang dengan tujuan yang sama di waktu tertentu. Agar keterisian pesawat bisa mengcover biaya sekali jalan,” katanya.
Bila dilihat dari aktivitas pesawat di SHIAM, tentunya beberapa pesawat tidak beroperasi maksimal.
“Yah maksimal 12 jam perjalan per pesawat atau 6 kali terbang. Tarif naik, ada yang 4 jam saja beroperasi,” katanya.
Ia pun menghawatirkan, bila ini berlanjut, ada pesawat yang terparkir.
“Peristiwa ini memang berpegaruh pada pendapatan Airnav, tetapi mempermudah kami dalam mengaturnya,” katanya.
Selain itu, revenue atau pendapatan AirNav Cabang Utama MATSC didominasi dari penerbangan luar negeri.
“Sekitar 70 persen revenue kami dari pesawat luar negeri. Sisanya dari penerbangan domestik. Padahal. pengaturannya lebih banyak penerbangan domestik, namun inilah tugas dan bakti kami kepada negara,” jelas Novy Pantaryanto.
Asita dan PHRI Gelar Pertemuan Khusus
Dua organisasi penunjang utama industri pariwisata di Tanah Air, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia ( PHRI) dan asosiasi pengusaha travel agent; Association of Indonesian Tours and Travel Agencies ( Asita), secara khusus mengagendakan pembahasan rekomendasi ke pemerintah dan maskapai, menyusul dampak kenaikan tarif tiket pesawat domestik di Indonesia.
Pembahasan resmi ini diagendakan dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PHRI di Jakarta, Sabtu (9/2/2019) dan Minggu (10/2/2019) hari ini.
Sementara Asita juga mengagendakan khusus pembahasan dampak kenaikan harga tiket ini, akhir Februari atau awal Maret 2019.
“Sudah digerus aplikasi online, kini ada lagi efek harga tiket,” kata Ketua Asita Sulsel Didie Leonardo Manaba, di sela-sela menerima tetamu duka meninggalnya ayahnya, L Manaba, kemarin.
Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) PHRI Sulsel tidak tinggal diam.
Seminggu sudah, Makassar Kemilau digelar.
Namun, ia mengakui belum memberi efek.
“Karena mungkin promosinya belum masif, tapi memang kami sadari belum memberi efek untuk tahun ini. Mudah-mudahan tahun depan bisa lebih baik persiapannya dan bila perlu di-launching di Kementerian Pariwisata bersama Pemerintah Makassar,” ujarnya.
Namun paling tidak, kata dia, ini daya upaya dari stakeholder perhotelan untuk bisa lebih baik.(muhammad fadli aly/fahrizal syam)
Berita selengkapnya di edisi cetak Harian Tribun Timur Makassar Minggu 10 Februari 2019.
Akses e-paper Tribun Timur lebih cepat dengan langganan Tribun Family Card dengan menghubungi 08114135555
Subscribe untuk Lebih dekat dengan tribun-timur.com di Youtube:
Jangan lupa follow akun instagram tribun-timur.com
Baca: Banyak Jenderal & Kolonel Nganggur Kerjanya Upacara Tiap Hari, Komentar Salim Said & Jubir TNI
Baca: Viral Siswa Melawan Guru saat Ditegur Merokok, Ini 3 Kasus Penganiayaan Guru yang Viral di Indonesia
Baca: Buat Para Driver Ojol, Baca Ini Sebelum Kamu Kena Tilang dan Denda Rp 750 Ribu