Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mampir di Makassar, Fahri Hamzah Langsung Sentil Wapres Jusuf Kalla, Sebut Kampung dan Ekonomi

Harga tiket melambung tinggi, jumlah penerbangan menurun, Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah berkomentar.

Editor: Edi Sumardi
TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Ilustrasi. Pesawat udara Lion Air parkir di apron Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Makassar, Sulsel. 

Jika tidak segera ditemukan jalan keluar, maka industri penerbangan terancam “gulung tikar”.

Seperti di Sulsel, kata Novy Pantaryanto, saat tarif pesawat naik, membuat alternatif tranportasi yakni Kapal Pelni laris manis.

“Belum lama ini saya ketemu dengan GM Pelni di bandara. Katanya lagi panen pas tarif pesawat naik. Nah, kita tunggu saja apakah pihak maskapai yang menurunkan harganya, atau banyak pesawat yang terparkir karena keterisiannya sangat minim,” jelas Novy Pantaryanto.

Ini beralasan, kata Novy Pantaryanto, mengingat cost yang dikeluarkan maskapai untuk sekali terbang tidak sedikit.

Mulai dari bahan bakar, pajak manifest, biaya airport, pembayaran pilot dan pramugari.

“Biaya bahan bakar 50 persen dari biaya operasional. Makanya, beberapa pesawat dari maskapai menggabungkan penumpang dengan tujuan yang sama di waktu tertentu. Agar keterisian pesawat bisa mengcover biaya sekali jalan,” katanya.

Bila dilihat dari aktivitas pesawat di SHIAM, tentunya beberapa pesawat tidak beroperasi maksimal.

“Yah maksimal 12 jam perjalan per pesawat atau 6 kali terbang. Tarif naik, ada yang 4 jam saja beroperasi,” katanya.

Ia pun menghawatirkan, bila ini berlanjut, ada pesawat yang terparkir.

“Peristiwa ini memang berpegaruh pada pendapatan Airnav, tetapi mempermudah kami dalam mengaturnya,” katanya.

Selain itu, revenue atau pendapatan AirNav Cabang Utama MATSC didominasi dari penerbangan luar negeri.

“Sekitar 70 persen revenue kami dari pesawat luar negeri. Sisanya dari penerbangan domestik. Padahal. pengaturannya lebih banyak penerbangan domestik, namun inilah tugas dan bakti kami kepada negara,” jelas Novy Pantaryanto.

Asita dan PHRI Gelar Pertemuan Khusus

Dua organisasi penunjang utama industri pariwisata di Tanah Air, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia ( PHRI) dan asosiasi pengusaha travel agent; Association of Indonesian Tours and Travel Agencies ( Asita), secara khusus mengagendakan pembahasan rekomendasi ke pemerintah dan maskapai, menyusul dampak kenaikan tarif tiket pesawat domestik di Indonesia.

Pembahasan resmi ini diagendakan dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PHRI di Jakarta, Sabtu (9/2/2019) dan Minggu (10/2/2019) hari ini.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved