Patokannya Sama-sama Bulan, Tahun Baru China dan Tahun Baru Islam! Tapi Kok Tidak Bersamaan Ya?
kalender Tahun Baru Islam (Hijriah) dan Tahun Baru China (Imlek) tenyata memiliki dasar perhitungan yang sama.
Penambahan dilakukan setiap 2,7 tahun sekali. Jadi, ada satu tahun dalam kalender Tionghoa yang punya 13 bulan.
Dengan cara itu, selisih 11 hari dengan kalender Masehi bisa diatasi, dan tahun baru Tionghoa tetap jatuh pada musim semi.
Cermin peradaban
Mengapa orang Tionghoa memasukkan unsur musim, sementara Islam melarang?
Penjelasannya bisa hanya mutlak pada faktor kepercayaan, tetapi juga bisa dibahas secara antropologis.
Secara kepercayaan, masyarakat Tionghoa punya keyakinan bahwa tahun baru harus jatuh pada musim semi, saat musim panen tiba.
Musim semi dinilai sebagai momen keberuntungan.
Baca: Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2019 dari Presiden Jokowi Ramai Komentar, Prabowo Subianto?
Baca: Terima Kasih Gus Dur Trending Twitter Bertepatan Tahun Baru Imlek, Ternyata Ini Sejarahnya
Sement ara itu, dalam Islam, memasukkan unsur musim seperti dilakukan dalam kalender Tionghoa atau masa Quraisy dianggap haram dan mengulur-ulur waktu.
Jika puas dengan penjelasan kepercayaan, mungkin kita lantas menghakimi budaya yang lain.
Namun, jika memahami latar belakang budaya, kita bisa belajar tentang toleransi.
Bagi masyarakat Tionghoa, musim memang penting.
"Tiongkok merupakan bangsa agraris. Jadi, memasukkan unsur musim itu penting," ungkap Hakim.
Sebaliknya, tanah Arab adalah gurun, tak mungkinlah bertani. Arab merupakan wilayah dagang sehingga musim menjadi tak terlalu penting bagi penduduknya. (Yunanto Wiji Utomo/Kompas.com)
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul "Sama-sama Berbasis Bulan, Mengapa Tahun Baru Kalender Tionghoa dan Islam Beda?"