Tribun Wiki
TRIBUNWIKI: Dari Soppeng ke Amsterdam, Ini Jejak Karir Ketua APKAI Sulsel Sulaiman HA Loeloe
Pada saat menginjak SMA ia ingin melawan arus kenyamanan dengan tidak tinggal bersama orang tua.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
Laporan Wartawan Tribun Timur, Desi Triana Aswan
TRIBUNTIMUR.COM, MAKASSAR- Sulaiman H Andi Loeloe merupakan salah satu putra kebanggaan Soppeng.
Kepada Tribun Timur Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sulsel. menceritakan perjalanan karirnya hingga akhirnya mendapat beasiswa ke Belanda.
Masa kecil yang dilewati Sulaiman sapaan akrabnya, memang penuh warna.
Berpetualang dari Kecil
Sejak berusia belia ia sudah berpetualang mengikuti kedua orang tuanya yang asik berbisnis.
"Umur lima tahunan saya sudah pindah ke Jambi ikut orang tua saya," katanya.
Orang tuanya yang saat itu membuka areal persawahan di Jambi harus bolak-balik Sulawesi untuk membawa tembakau tabung untuk para petani di daerah Jambi.
Setelah lima tahun berjalan, orang tua Sulaiman kembali membangun pabrik padi dan membeli kapal untuk mengangkut hasil-hasil pertanian mulai dari beras, dedak dan padi ke daerah kepulauan Riau seperti Tanjung Pinang, Dabo Singkep, Tanjung Batu, Urung, Dae, dan pulau-pulau lainnya.
Setelah itu bisnis orang tua Sulaiman berubah menjadi semukel ke Singapura, bawa arang dari Tanjung Pinang dengan perahu Phinisi.
Disitulah Sulaiman menamatkan sekolah dasarnya.
Melihat orang tua yang begitu giat berpindah-pindah untuk berbisnis.
Jiwa Sulaiman tertantang, untuk mengikuti jejak sang ibu bapak.
Mandiri Sejak SMA
Pada saat menginjak SMA ia ingin melawan arus kenyamanan dengan tidak tinggal bersama orang tua.
Ia ingin merantau dan melanjutkan sekolah di kota metropolis Jakarta.
Namun, niat tersebut mendapat tentangan dari orang tuanya. "Orang tua saya tidak setuju," katanya.
Sulaiman tetap bersikeras untuk menyambut niat darah mudanya.
Meski tak diijinkan, Sulaiman akhirnya nekat berangkat dengan menumpang motor ikan, ukuran bobo sekitar muatan 20 ton, selama lima hari di tengah laut hingga akhirnya tiba di Pelabuhan Kali Baru, Cilincing, Jakarta Utara.
Sulaiman sadar dengan resiko yang akan menimpanya nanti di kota besar ini. Ia bahkan kebingungan untuk tinggal bersama siapa.
Karena, diakuinya ia tak memiliki sanak keluarga di Jakarta. Namun, nasib baik menimpanya.
Ia bertemu dengan orang Bugis dan diijinkan untuk menginap dan tinggal dirumahnya.
Orang tersebut bernama H Aspawi yang tinggal di Jl Tanah Merdeka Kalibaru Jakarta Utara.
Setelah banyak bercerita dengan H Aspawi, bumi yang luas ini serasa sempit.
H Aspawi ternyata kawan dari ayah Sulaiman saat di Jambi.
Kehidupan Sulaiman di Jakarta serba terbatas. Tidak ada uang, ia harus ikut melaut bersama tukang bagan asal bisa makan.
Di Jakarta ia tak semerta-merta masuk SMA impiannya.
Karena berangkat ditentang orang tua, Sulaiman tak pernah meminta uang orang tuanya.
"Saya harus bertanggung jawab untuk diri saya," tuturnya.
Setelah berjalan setahun dan mengumpulkan uang yang cukup, barulah ia mendaftarkan diri, di SMA Metros Jakarta Utara.
Selama bersekolah, Sulaiman menghabiskan waktu untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya.
Kesempatan sekolah di Jakarta tidak ingin ia sia-siakan. Ia aktif berorganisasi dan mengikuti pertandingan tingkat DKI.
"Saya tampil hingga ke SMA 6 Bulung tempat sekokahnya Rano Karno, Yesi Gusman dan ke SMA 15 Ancol sekolahnya Trio Libers," jelasnya.
Uang sekolah ia hasilkan dari hasil mengurus Passompe (warga dari Sulawesi yang transit mau merantau ke Jambi, Palembang dan Riau).
"Saya urus mulai dari penjemputan di pelabuhan Tanjung Priok, penampungan, dan pemberangkatan ke Sumatra," katanya.
Dari hasil itulah ia bisa menabung membeli motor untuk kuliah, hingga rumah di Bekasi.
Setelah menamatkan SMAnya, ia kemudian melamar menjadi pegawai tiga instansi sekaligus yaitu, Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN), Departemen Perdangan Republik Indonesia dan Departemen Penerangan (DEPPEN) Republik Indonesia.
Dari ketiga instansi tersebut, ia dinyatakan lulus di DEPPEN dan BAKN.
Sulaiman memilih untuk bekerja di DEPPEN, menurutnya pada masa itu bekerja menjadi pegawai diintansi tersebut keren.

Study di Belanda
Akhirnya ia kembali ke Makassar, dan ditempatkan di Kantor Wilayah DEPPEN Provinsi Sulawesi Selatan di Bidang Pers dan Penerbitan.
Merasa tidak puas hidup di Makassar, akhirnya ia memilih untuk kembali lagi di Jakarta.
"Karena hidup jadi pengurus passompe waktu itu lebih enak dari pegawai satu malam di Jakarta biasa dapat uang Rp 50 ribu, sedangkan pokok gaji saya wsktu itu karena dua masuk tidak sampai Rp 50 ribu," jelasnya.
Berjalannya waktu, ia kemudian mengikuti pendaftaran beasiswa penerimaan beasiswa untuk study di Belanda.
Maka sewaktu penjaringan calon Beasiswa ia beruntung karena, pada waktu itu ia merupakan tokoh pemerhati petani kakao, dan menjabat sebagai Sekertaris DPW Asosiasi Petani Kakao Indonesia (Apkai) Sulawesi Selatan.
"Saya kuasai bener masalah kakao," katanya. Sebelum berangkat, ia dibantu oleh kawanya, Lisda untuk mendapatkan sertifikat Toefl.
Dari hasil pengetahuan dan pembelajarannya, Sulaiman dinyatakan lulus dan akhirnya berangkat ke Belanda.
Selama di Belanda, banyak kejadian-kejadian seru yang dialami Sulaiman. Baginya, kuliah di negeri kincir angin tersebut merupakan hal yang sangat luar biasa.
Tidak hanya mendapatkan ilmu teori, namun banyak melakukan studi kasus.
Meski berada di Eropa, namun Sulaiman tidak bergaya layaknya mahasiswa Eropa lainnya.
Ia tetap membawa budaya Indonesia dalam jiwanya.
Seperti membawa rantang sebagai bekal ke kampus, selain irit itu merupakan cara Sulaiman menghindari makanan Eropa yang tidak cocok dengan lidahnya.

Asosiasi Kelapa Sawit
Sulaiman saat ini menjabat sebagai Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sulsel.
Ia sedang giat-giatnya memperjuangkan nasib para petani kelapa sawit Sulsel, dengan meningkatkan harga sawit, agar dapat mensejahterakan para petani.
"Saya sangat aktif di kelembagaan petani hanya semata mata untuk berjuan mengangkat posisi tawar petani sehingga petani kita bisa menikmati hasil produksi nya yang wajar," katanya.
Ia juga ingin mewakafkan ilmu dan pengalamannya melalui Asosiasi dan Koperasi serta menjadi narasumber siaran Desa Kita di RRI.
"Semoga kedepan petani kami bisa sejajar dgn pengusaha sehingga terciptanya usaha perkebunan yang berkelanjutan dan berkeadilan," katanya.
Data Diri
Nama : Sulaiman H Andi Loeloe
Lahir : Soppeng 07 April 1960
Ayah: Andi HDMasiga
Ibu: Hj AID Taunga
Anak :
Deddy Putra Romansyah
Doddy Firmansyah
Yuddi Prasetiya
Hobi : Traveling, Joging
Akun media sosial:
Facebook: Sulaiman HA Loeloe
Pendidikan:
- SD. Neg 6. Tg.Pinang Riau
- SMP. Muhammadiya Tg Pinang Riau 1977
- SMA, 45 Jkt - Tamat SMA Metros Jakarta 1982.
- STIE - YPUP Ujung Pandang
- Univ. Jayasakti Jakarta
- MPKD - UGM Jogyakarta 2007
- IHS - Erasmus University - Rotterdam Belanda 2008.
Pengalaman Kerja :
- Departemen Penerangan RI
- Manager Koperasi Asuransi indonesia di Jakarta Sebagai Konsultan di LBH.
- Justitia di Jakarta
- Manager Kowindo di Jakarta
- Dirut Pt. Tunas Pacciro Agro Celebes - 2004-sekarang
- Ketua Koperasi Sinergis Sulawesi Selatan
- DPW. Asosiasi Petani Kakao indonesia (APKAI) Jabatan Sekertaris : 2003-2008
- Ketua Wilayah : Wakil Sekjen 2008-sekarang
- DPP Apkai 2011-sekarang
- DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo)jabatan Sekertaris Wilayah 2002 - 2005
- Ketua II DPP Apkasindo 2009-2014
- Wakil Ketua DPP Apkasindo 2014-2016
- Wakil Sekertaris Bidang Program DPP Apkasindo 2017-sekarang
- Ketua Umum DPW. Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Prov. Sul Sel - Tahun 2013-sekarang
- Wakil Sekertaris HKTI Prov Sulsel 2013-sekarang
- Pengurus KADIN Sulsel Thn 2013-sekarang
- Narasumber Siaran Desa Kita Pro 1. RRI
- Nusantara 4 Makassar setiap malam Minggu tahun 2016/2017
- Anggota berbagai Lembaga/Forum Kakao di Indonesia
- Sekertaris Tim Penetapan Indek K Hrg TBS Kelapa Sawit Prov. Sul Sel
- Dan beberapa Forum2 berbasis UKM dan Agribisnis di Sul Sel skala Nasional/International