Tribun Wiki
TRIBUNWIKI: Begini Kisah Masa Kecil dan Masa Muda Jokowi, Ma'ruf Amin, Prabowo, dan Sandiaga Uno
Kedua pasang ini tentunya memiliki masa kecil yang begitu unik, dan masa muda yang berbeda. Ini kisahnya
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
Laporan Wartawan Tribun Timur, Desi Triana Aswan
TRIBUNTIMUR.COM, MAKASSAR- Dalam pemilihan presiden 2019, Indonesia memiliki dua pasang calon presiden dan wakil presiden.
Mereka adalah Joko Widodo yang berpasangan dengan Maruf Amin, dan Prabowo yang bersanding dengan Sandiaga Uno.
Kedua pasang ini tentunya memiliki masa kecil yang begitu unik, dan masa muda yang berbeda. Ini kisahnya
Joko Widodo
Dilansir dari Tribunstyle.com, Jokowi pernah menjalani masa kecil yang cukup berat.
Tak seperti anak kecil lainnya, Jokowi harus bekerja keras untuk memenuhi kehidupannya.
Bahkan, Jokowi pernah berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul, untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan sehari-hari.
Jokowi menempuh pendidikan di SD Negeri 112 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk kalangan menengah ke bawah.
Bahkan, Jokowi saat itu memilih untuk berjalan kaki saat pergi ke sekolah, meskipun teman-temannya saat itu menggunakan sepeda.
Tak berhenti di situ, Jokowi juga pernah alami pergusuran rumah sebanyak tiga kali.
"Pada saat saya kecil, rumah saya di pinggir kali, lalu digusur pindah ke tempat kontrakan lain lagi," ujar Jokowi, seperti yang dilansir dari Kompas.com.
Penggusuran yang dialaminya sebanyak tiga kali pada masa kecil, mempengaruhi cara berpikirnya dan kepemimpinan kelak setelah menjadi Wali Kota Surakarta saat harus menertibkan permukiman warga.
Kehidupan Jokowi mulai berubah sejak ia beranjak remaja dan bisa berbisnis.
Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai bekerja sebagai penggergaji di umur 12 tahun.
Setelah lulus SD, ia kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Surakarta.
Ketika ia lulus SMP, ia sempat ingin masuk ke SMA Negeri 1 Surakarta, namun gagal sehingga pada akhirnya ia masuk ke SMA Negeri 6 Surakarta.
Lulus SMA, Jokowi diterima di Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.
Saat menempuh pendidikan di UGM itulah, Jokowi memanfaatkan untuk belajar struktur kayu, pemanfaatan, dan teknologinya.
Setelah lulus pada 1985, ia bekerja di BUMN PT Kertas Kraft Aceh, dan ditempatkan di area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah.
Namun ia merasa tidak betah dan pulang menyusul istrinya yang sedang hamil tujuh bulan.
Ia bertekad berbisnis di bidang kayu dan bekerja di usaha milik pamannya, Miyono, di bawah bendera CV Roda Jati.
Pada tahun 1988, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri dengan nama CV Rakabu, yang diambil dari nama anak pertamanya.
Usahanya sempat berjaya dan juga naik turun karena tertipu pesanan yang akhirnya tidak dibayar.
Namun pada tahun 1990 ia bangkit kembali dengan pinjaman modal Rp 30 juta dari ibunya.
Usaha ini membawanya bertemu Micl Romaknan, yang akhirnya memberinya panggilan yang populer hingga kini, 'Jokowi'.
Dengan kejujuran dan kerja kerasnya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling Eropa yang membuka matanya.
Pengaturan kota yang baik di Eropa menjadi inspirasinya untuk diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk memasuki dunia politik.
Ia ingin menerapkan kepemimpinan manusiawi dan mewujudkan kota yang bersahabat untuk penghuninya yaitu daerah Surakarta.
Ma'ruf Amin
Sewaktu kecil, Maruf Amin menghabiskan waktunya untuk menjadi santri. Ia mondok selama enam bulan di Pesantren Citangkil, Cilegon, Banten.
Pesantren tersebut didirikan oleh KH Syam'un Alwiah pada tahun 1894-1949. Banyak alumnus pertama pesantren ini melanjutkan pendidikannya ke Al Azhar Mesir.
Saat menginjak usia 12 tahun, Maruf merantau ke Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Kebanyakan anak muda yang berasal dari kampung Maruf memang kerap melanjutkan belajar ke pesantren yang ada di Jawa Timur.
Ayah dari Maruf, Kiyai Amin melarang putranya untuk nyantri ke Gontor. Karena salah satu pendiri NU merupakan murid Syiekh Nawawi Al Bantani, ulama terkemuka asal Banten, yang menghabiskan banyak waktu mengajar di Makkah.
Prabowo
Dilansir dari wikipedia, Prabowo Subianto lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951. Ia merupakan anak ketiga dan putra pertama dari Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar, yang lebih dikenal sebagai Dora Soemitro.
Ayahnya merupakan seorang pakar ekonomi dan politisi Partai Sosialis Indonesia yang pada saat itu baru saja selesai menjabat sebagai Menteri Perindustrian di Kabinet Natsir; pada April 1952, tak lama setelah kelahiran Prabowo, Soemitro diangkat kembali sebagai Menteri Keuangan pada Kabinet Wilopo.
Prabowo memiliki dua orang kakak perempuan, Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati, dan seorang adik lelaki, Hashim Djojohadikusumo.
Dari keluarga ayahnya, Prabowo merupakan cucu dari Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua Dewan Pertimbangan Agung yang pertama.
Nama pertamanya diambil dari pamannya, Kapten Soebianto Djojohadikusumo, seorang perwira Tentara Keamanan Rakyat yang gugur pada Pertempuran Lengkong pada Januari 1946 di Tangerang.
Keluarga Djojohadikusumo sendiri dikatakan merupakan keturunan dari Raden Tumenggun Kertanegara, seorang panglima laskar Pangeran Diponegoro di wilayah Kedu dan Adipati Mrapat, bupati Banyumas yang pertama.
Dengan itu, garis keturunan keluarga itu dapat ditarik lagi pada penguasa-penguasa awal Kesultanan Mataram.

Masa kecil Prabowo banyak dihabiskan di luar negeri, terutama setelah keterlibatan ayahnya menentang pemerintah Presiden Soekarno di dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia di Sumatera Barat.
Prabowo menyelesaikan pendidikan menengahnya di Victoria Institution di Kuala Lumpur, Malaysia; Zurich International School di Zurich, Swiss, dan The American School di London, Inggris.
Baru setelah kejatuhan Soekarno dan naiknya Soeharto, keluarga Soemitro kembali ke Indonesia, dan Prabowo masuk ke Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah.
Sandiaga Uno
"Sandi dari kecil ingin jadi pilot, tapi nggak bisa karena pakai kacamata," kata ibunda dilansir dari tayangan YouTube Good Alvin, Selasa (16/10/2018).
Tak hanya itu, rupanya Sandiaga juga sering dimintai jadi model karena memiliki paras yang tampan.
Namun, ibundanya tak pernah merestui sang anak untuk terjun ke dunia permodelan.
"Sering diminta jadi model, tapi saya nggak kasih jalan, karena supaya dia sekolahnya lebih fokus," kata Mien.
Namun meski begitu, Sandiaga remaja pernah jadi cover sebuah majalah.
"Iya pernah, tapi nggak tahu dibayar apa enggak," kata ibunda.
Ibunda pun mengungkap kalau Sandiaga kecil memiliki banyak fans wanita, tapi ia hanya punya satu pasangan sampai menikah.
Mien pun mengungkapkan kalau anak keduanya itu sudah pacaran sejak berusia 14 tahun.
"Saya senang sekali bahwa dia dari kecil pacarnya cuma 1, usia 14 tahun sudah pacaran dan sampai menikah dengan pacar yang satu itu, entah di belakang saya, kalau di depan saya hanya Nur Asiah Uno," bebernya.
Kemudian saat ditanya mengenai adakah fans wanita yang mengejar-ngejar Sandiaga, ibundanya hanya mengatakan kalau anaknya itu tak pernah keluar rumah.
"Dia kutu buku, nggak banyak berkeliaran," jelasnya. Hal itu pun diamini Sandiaga yang mengatakan kalau orangtuanya menerapkan disiplin yang keras.
"Weekend itu biasa ke perpustakaan, karena dari orangtua keras banget, kalau nilai tidak sampai target, dihukumnya tidak manusiawi," katanya.
Ia kemudian menceritakan hal yang dilakukan orangtuanya yang tak akan pernah ia lupakan. Yakni saat sang ibunda melumuri mulutnya dengan cabai.
"Oh yang nggak akan pernah lupa sih itu, dicabein mulutnya," kata Sandiaga. Sang ibunda kemudian buru-buru mengklarifikasi mengapa melakukan hal tersebut.
"Iya abis kalau ngomong kotor, dicabein, kalau ngomongin orang dicabein," kata sang bunda.
Kemudian Sandiaga juga menceritakan hal yang tidak pernah ia beritahu pada ibundanya saat kuliah di Amerika.
"Pernah beasiswa berhenti karena keadaan Indonesia saat itu, saya gak cerita ke mama, akhirnya saya cari kerja sendiri, saya bisa bertahan hidup meski gak ada kiriman dari jakarta," jelasnya
Selain itu, dilansir dari Kompas.com, Sandiaga, yang lahir di Pekanbaru, 28 Juni 1969, merupakan bungsu dua bersaudara dari pasangan Razif Halik Uno (Henk) dan Rachmini Rachman (Mien). Ia menikah dengan istrinya, Nur Asiah, pada 1996 dan kini dikaruniai 3 buah hati bernama Anneesha Atheera Uno, Amyra Atheefa Uno, dan Sulaiman Saladdin Uno.