Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Diteror Pakai Bom Molotov, Wakil Laode Muhammad Syarif Tulis Sumpah Bugis & Muna, Ini Artinya

Dua pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK diteror di rumahnya. Keduanya adalah Ketua KPK, Agus Raharjo

Editor: Edi Sumardi
KOMPAS.COM/GARRY ANDREW LOTULUNG
Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (5/10/2016). 

JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM - Dua pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK diteror di rumahnya.

Keduanya adalah Ketua KPK, Agus Raharjo dan Wakil Ketua KPK, Laode Muhammad Syarif.

Peristiwa tersebut terjadi pada hari bersamaan, Rabu (9/1/2019).

Pertama, benda mencurigakan yang diduga menyerupai bom ditemukan di depan rumah Agus Raharjo di Perumahan Graha Indah, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Kedua, serangan bom molotov terjadi di rumah Laode Muhammad Syarif di Jalan Kalibata Selatan nomor 42, Jakarta Selatan.

Baca: Penampakan Rumah Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif Usai Dilempar Bom Molotov

Pihak KPK belum mau buka suara terkait adanya teror serangan bom tersebut dan masih menunggu keterangan dari Polri.

"Belum ada (motif). Karena fakta-faktanya perlu ditemukan dulu oleh tim dari Polri. Baru kemudian dari fakta-fakta itu dilihat apakah keterkaitannya, motifnya, dan lain-lain," ujar Juru Bicara KPK Febri Diansyah di kantornya, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (9/1/2019).

"Jadi lebih baik kita tunggu penegak hukum bekerja lebih dahulu agar infonya bisa lebih mempunyai dasar dan lebih substansial prosesnya," imbuhnya.

Baca: Rocky Gerung Ungkap Alasan Dirinya Betah Menjomblo di Usia Senja, Apa Sih Kurang dari Dia?

KPK, kata Febri Diansyah, juga tidak mau berasumsi adanya serangan bom dikarenakan belum terungkapnya kasus-kasus teror serupa yang menimpa lembaga antikorupsi.

"Saya belum tahu ada atau tidak kaitannya. Karena proses pencairan info dan pengumpulan barang bukti baru berjalan untuk peristiwa yang tadi pagi. Jadi lebih baik kita tunggu dari Polri," tuturnya.

Tulis Sumpah Bugis dan Muna

Beberapa jam usai teror terjadi, Laode Muhammad Syarif melalui akunnya pada Twitter @LaodeMSyarif menulis sumpah dalam 2 bahasa, yakni bahasa Bugis dan Muna.

Pura tangkisi gulikku, pura babbara sompe’ku. Ullebirengngi telleng natowalie” (Bugis) “Sumempano isikadji-Modaino niati. Dae ghefi-ghefi Dae ghabu-ghabu” (Muna). Lillahi Taala BISMILLAH."

Begitulah kicauan Laode Muhammad Syarif.

Jika sumpah dalam bahasa Bugis tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kira-kira begini terjemahannya, "Telah kupasang kemudiku, telah kukembangkan layarku, kupilih tenggelam daripada surut langkah."

Lalu, jika sumpah dalam bahasa Muna tersebut diterjemahkan pula, kira-kira begini terjemahannya, "Buruk perbuatanya. Jelek niatnya dapat karma buruk. Meninggal bercampur dengan abu kapur dan abu api."

Sementara "Lillahi Taala Bismillah" terjemahannya adalah "Karena Allah Ta'ala, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang."

Sumpah dalam bahasa Bugis di atas merupakan sumpah yang kerap dipegang para pelaut saat berlayar mengarungi samudra.

Laode Muhammad Syarif lahir dan dibesarkan orangtua yang merupakan bangsawan Muna, suku di Sulawesi Tenggara.

Laode atau La Ode adalah gelar bangsawan untuk laki-laki.

Belum diketahui, apakah sumpah itu ditulis Laode Muhammad Syarif terkait dengan teror terhadap dirinya atau bukan.

Tetap Berkantor

Kendati ada teror, pimpinan KPK ternyata tetap bekerja seperti biasa.

"Jadi 5 pimpinan hari ini hadir di kantor dan melaksanakan tugas masing-masing. Kami juga melaksanakan tugas penindakan dan pencegahan seperti yang dilaksanakan setiap harinya sesuai dengan jadwal dan perencanaan yang dilakukan," ujar Febri Diansyah.

Hal yang berbeda, kata Febri Diansyah, adanya koordinasi yang dilakukan pihak KPK dengan Polri terkait teror tersebut.

Baca: Bandingkan Selera Air Minum Presiden Jokowi dan SBY, Anak Ustadz Arifin Ilham Terpaksa Berkomentar

Ia melanjutkan, pimpinan dan tim yang ditugaskan juga sudah ke lokasi untuk melakukan koordinasi tersebut.

"Kami juga sudah dapat perkembangan dari Polri terkait perkembangan awal, misalnya langsung ditugaskan tim ke lokasi, ke rumah ketua KPK juga wakil ketua KPK. Tim itu terdiri dari unsur Mabes Polri dan Polda Metro Jaya dan melibatkan personel dari Densus," katanya.

ICW: Bukti KPK Bekerja

Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW), Donal Fariz menilai teror bom molotov tersebut bukti bahwa lembaga antirasuah itu bekerja.

Donal Fariz mengatakan adanya teror karena ada sesuatu yang terancam.

"Teror ini kan bukti KPK bekerja. Kalau enggak kerja enggak ada teror. Kenapa orang meneror? teror kan dalam kondisi ada yang terancam, ada yang, terganggu ada yang terusik," kata Donal kepada wartawan di kantor ICW, Kalibata Timur, Jakarta Selatan, Rabu (9/1/2019).

Donal Fariz berpendapat serangkaian teror yang menghampiri pimpinan KPK maupun penyidik akan terus terjadi jika polisi tak berhasil mengungkap pelaku teror.

"(Tahun) 2008 di bulan Januari itu ada teror bom juga di gedung KPK sehingga seluruh pegawai KPK itu turun pada waktu itu untuk menyelamatkan diri. Selang setahun bulan Juli 2009 itu juga kembali ada teror orang menelepon KPK dan menyebut ada bom yang sudah diletakkan di gedung KPK, sehingga teror teror bom kepada KPK ini sebenarnya bukan kejadian yang pertama dan sudah berulang," katanya menjelaskan.

"Dan itu akan terus berulang teror kepada KPK sepanjang pelaku pelaku teror ini tidak terungkap secara hukum," katanya mengimbuh.

Baca: Perwira Polda Kedapatan Bawa Wanita Bukan Istrinya di Rumah, Warga Hanya Bisa Mandangi Ramai-ramai

 Mengenai spekulasi penyebab adanya teror itu, Donal Fariz menyebut ada spekulasi politik maupun spekulasi dalam proses penegakan hukum yang dilakukan oleh KPK.

Untuk itu, dia meminta pihak kepolisian segera mengungkap pelaku teror itu guna menghindari banyaknya spekulasi yang berkembang, terutama politik.

"Sehingga menurut saya untuk menghindari banyaknya spekulasi dan giringan ke arah politik tentu butuh kerja cepat bagi penegak hukum untuk membongkar kasus ini khususnya pihak kepolisian sehingga menghindari spekulasi politik, kemanan dalam negeri sampai penegakan hukum," katanya menutup perbincangan.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved