Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Wawancara dengan Rektor Unismuh, Niat Jadi Pengusaha Besar Kini Jadi Guru Besar! Begini Kisahnya

Menjadi profesor pertama dari yayasan Unismuh tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi mantan Wakil Rektor Unismuh ini.

Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Arif Fuddin Usman
tribun timur/muhammad abdiwan
Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Dr Abd Rahman Rahim SE MM saat sesi wawancara khusus dengan tribun-timur.com, Rabu (2/1/2019) malam. 

11. Bagaimana dengan cita-cita pengusaha Anda?

Keinginan itu masih tetap ada. Saat ini saya berbisnis dengan menjalankan dua bisnis, agen LPG dan pabrik air minum dalam kemasan. Tapi perlahan saya sudah serahkan ke anak-anak saya, sebagai bekal mereka kelak.

12. Bagaimana masa kecil Anda? Di mana menghabiskan waktu semasa kecil? Apa ada kenangan yang selalu teringat?

Saya besar di Sengkang, tepatnya Desa Kampiri. Saya anak seorang guru, bapak dan ibu saya adalah guru, sehingga keseharian saya melihat orangtua beraktivitas menghadapi murid, baik di sekolah maupun rumah.

Murid datang belajar ke orangtua saya, dan saya lihat ini hal menarik buat saya. Dunia anak-anak tentu banyak kenangan, kita tak terlepas ketika kita melakukan hal menyenangkan bersama teman seperti main bola, kelereng, berenang di sungai, dan lain-lain.

13. Bagaimana orangtua Anda mendidik saat kecil?

Dua orangtua saya mendidik selain cara formal, juga memberi banyak contoh ke saya, baik dalam belajar maupun karakter perilaku. Bagaimana menghadapi orang, itu selalu dicontohkan sehingga kita selalu meniru itu. Orangtua selalu memotivasi saya.

14. Apa pesan atau ucapan orangtuanya yang paling Anda ingat atau susah dilupakan?

Saya ingat betul motivasi orangtua saya untuk selalu mandiri, tidak ada gratis bagi anak, semua harus berjerih payah meski sederhana. Misalnya kalau mau Lebaran, kebiasaan beli baju, orangtua tak akan langsung belikan tapi harus ada tugas dulu, misalnya mengecet rumah.

Sederhana memang, tapi ada perjuangan untuk mendapatkan, itu yang luar biasa. Kadang ada anak minta dibelikan sepatu di orangtua, tapi apa dulu yang Anda kerja?

15. Apa Anda juga pakai prinsip itu sekarang?

Nah, ini saya coba terapkan di tempat bekerja. Saya ajarkan ke mahasiswa untuk jangan selalu mau dapat sesuatu dengan gratis dalam keinginannya. Begitupun dengan dosen dan karyawan. Jadi sekarang itu ada anggaran berbasis kinerja. Kerjanya apa, dapatnya apa?

16. Bagaimana suka duka saat mahasiswa?

Waktu mahasiswa, saya aktif berorganisasi mengurus organisasi, kemudian merealisasikan program kerja yang disusun, lebih banyak rapat sidang, sehingga aktifitas di luar misalnya demo nyaris tak saya lakukan.

Yang saya ingat isu nasional atau kepentingan masyarakat luas, itu baru kami turun, tapi itu juga tak kami lakukan dengan melanggar hak orang seperti sekarang misalnya bakar ban atau paling parah sampai anarkis.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved