Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Merinding! Sehari Sebelum Tsunami Banten, SMS Berantai Bencana Akhir Tahun Beredar & Ditanggapi BMKG

Sehari sebelum Tsunami Banten dan Lampung tersebut, Jumat (21/12/2018), ternyata SMS berantai tentang bencana akhir tahun beredar dan ditanggapi BMKG.

Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Aqsa Riyandi Pananrang
zoom-inlihat foto Merinding! Sehari Sebelum Tsunami Banten, SMS Berantai Bencana Akhir Tahun Beredar & Ditanggapi BMKG
Twitter @infoBMKG
Twitter BMKG Tanggapi SMS Berantai Bencana Akhir Tahun.

TRIBUN-TIMUR.COM - Tsunami Banten dan Lampung terjadi pada Sabtu (22/12/2018). Korban bencana akhir tahun ini terus bertambah.

Update korban tsunami Selat Sunda, 168 orang meninggal dunia, 745 orang terluka, dan 30 orang lainnya hilang. Korban meninggal paling banyak berada di Pandeglang.

Sehari sebelum Tsunami Banten dan Lampung tersebut, Jumat (21/12/2018), ternyata SMS berantai tentang bencana akhir tahun beredar dan ditanggapi BMKG

Pesan tersebut mengatakan agar warga Indonesia waspada mulai tanggal 21 Desember 2018 hingga akhir bulan Desember 2018.

Dalam pesan itu, disebutkan akan terjadi bencana yang akan menimpa negara Indonesia.

Menanggapi SMS berantai itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap maraknya kabar hoax.

Baca: Letusan Krakatau Pernah Picu Tsunami Banten 40 Meter Kini Gunung Anak Krakatau Sudah Erupsi 423 Kali

Baca: VIDEO Detik-detik Konser Seventeen Band Diterjang Tsunami Banten, Bassist Tewas, Gitaris-Drum Hilang

Baca: Bongkar Mafia Bola, Kapolri Tunjuk 2 Jenderal yang Tangani Kasus Kopi Sianida & Bom Sarinah

Baca: Kok Tak Biasa? Jokowi & JK Bareng di Makassar, Erick Thohir Duluan, Dosen Ini Ungkap ‘Keanehan’

Baca: Pendaftaran PPPK Januari 2019, Ini Perbedaan PNS dengan P3K dari Status, Gaji, Fasilitas, Masa Kerja

Baca: Memalukan! Video Caleg Cantik Ditangkap Bawa Sabu Beredar, Polisi Ungkap Profesi Haram Rika Verawati

Baca: Reaksi Mengejutkan Rocky Gerung Kala ‘Digoda’ Megawati

Melalui sebuah postingan di Twitter, BMKG mengomentari sebuah kiriman dari warganet yang menanyakan kebenaran sebuah pesan chat yang diperolehnya.

“Perhatian kepada warga Indonesia supaya tanggal 21 sampai akhir bulan Desember supaya senantiasa waspada karena akan ada bencana yang akan menimpa negara Indonesia. Hal ini telah disampaikan oleh anggota BMKG supaya selalu berhati-hati," demikian bunyi pesan itu.

"Halooo... @infoBMKG, saya dapat SS pesan ini dari adik sepupu saya. Apa benar ada anggota dari BMKG menyampaikan info seperti itu? Berhubung di Lombok masih sering terjadi gempa, sms - sms seperti ini meresahkan. Mohon penjelasannya. Terimakasih," ujar pemilik akun @Mentiks.

BMKG pun segera menanggapinya dan menegaskan bahwa kabar tersebut tidak benar adanya.

"Abaikan saja. SMS itu jones yang minta ditemenin sendirian.

Silahkan beraktivitas seperti biasanya dek. Gunakan waktu libur panjangnya untuk bersilaturahmi dan jalan-jalan dengan kawan dan gebetan.

Tapi jangan lupa cek info cuaca libur Natal dan Tahun Baru ya !!" balas BMKG.

Apa itu Jones? Arti dari kata Jones adalah gabungan dari dua buah kata, yaitu ‘Jo’ dan ‘Nes’. ‘Jo’ yang berarti jomblo, sedangkan ‘nes’ yang berarti ngenes. Jadi yang dimaksud Jones adalah ‘Jomblo Ngenes’, alias jomblo yang udah parah atau ngenes.

Penyebab Tsunami Banten dan Lampung

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono memaparkan ada dua peristiwa yang memicu gelombang tsunami di sekitar Selat Sunda.

Kedua peristiwa itu adalah, aktivitas erupsi anak gunung Krakatau dan gelombang tinggi akibat faktor cuaca di perairan Selat Sunda.

Rahmat memaparkan, jika dipicu erupsi anak Gunung Krakatau, gelombang tsunami sekitar 90 sentimeter.

Namun, dengan adanya gelombang tinggi akibat faktor cuaca, arus gelombang tsunami bisa bertambah lebih dari dua meter.

"Karena digabung, menimbulkan tinggi tsunami yang signifikan dan menimbulkan korban dan kerusakan yang luar biasa," kata Rahmat dalam konferensi pers di gedung BMKG, Jakarta, Minggu (23/12/2018).

Erupsi Gunung Anak Krakatau diduga menjadi penyebab Tsunami Banten dan Lampung.
Erupsi Gunung Anak Krakatau diduga menjadi penyebab Tsunami Banten dan Lampung. (Twitter @Sutopo_PN)

"Kalau hanya tsunami saja hanya 90 sentimeter hampir dipastikan tidak masuk ke daratan. Tapi karena sebelumnya BMKG telah mengeluarkan warning gelombang tinggi, menambah tinggi tsunami," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memaparkan kronologi terjadinya peristiwa tsunami tersebut.

Pada Jumat (21/12/2018) sekitar pukul 13.51 WIB, BMKG telah mengumumkan erupsi gunung anak Krakatau dengan status level Waspada.

"Kemarin pukul 13.51 WIB pada tanggal 21 Desember Badan Geologi telah mengumumkan erupsi gunung anak Krakatau dan levelnya pada level Waspada," kata Dwikorita.

Pada Sabtu (22/12/2018), kata Dwikorita, BMKG mengeluarkan peringatan dini sekitar pukul 07.00 WIB akan potensi gelombang tinggi di sekitar perairan Selat Sunda.

"Diperkirakan (gelombang tinggi terjadi) kemarin tanggal 21 hingga nanti 25 Desember 2012. Ini peristiiwa beda tapi terjadi pada lokasi yang sama. Yang pertama erupsi Gunung Krakatau dan potensi gelombang tinggi," katanya.

Menurut dia, sekitar pukul 09.00-11.00 WIB, tim BMKG ada yang sedang berada di perairan Selat Sunda melakukan uji coba instrumen.

"Di situ memang terverifikasi bahwa terjadi hujan lebat dengan gelombang dan angin kencang, karena itu tim kami segera kembali ke darat," ujarnya.

Di satu sisi sejumlah tide gauge (alat pendeteksi tsunami) BMKG menunjukkan ada potensi kenaikan permukaan air di pantai sekitar Selat Sunda.

"Dan kami analisis, kami memerlukan waktu analisis apakah kenaikan air itu air pasang akibat fenomena atmosfer yang tadi ada gelombang tinggi? Jadi memang ada fase seperti itu. Namun ternyata setelah kami analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombang tsunami," kata dia.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat ditemui di Graha BNPB, Jakarta Pusat, Selasa (2/10/2018). (Fitri Wulandari/Tribunnews.com)
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat ditemui di Graha BNPB, Jakarta Pusat, Selasa (2/10/2018). (Fitri Wulandari/Tribunnews.com) ()

Imbauan BNPB dan BMKG

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat ditemui di Graha BNPB, Jakarta Pusat, Selasa (2/10/2018). (Fitri Wulandari/Tribunnews.com)
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat ditemui di Graha BNPB, Jakarta Pusat, Selasa (2/10/2018). (Fitri Wulandari/Tribunnews.com) ()
Kabar tsunami lanjutan di sekitar wilayah perairan Selat Sunda kembali beredar.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tidak ada peringatan tsunami lanjutan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Tidak ada warning (tsunami lanjutan) dari BMKG. Adanya sirine tsunami di Teluk Labuhan, Kecamatan Labuhan, Kabupaten Pandenglang yang tiba-tiba bunyi sendiri bukan dari aktivasi BMKG atau BNPB. Kemungkinan ada kerusakan teknis sehingga bunyi sendiri," papar Sutopo saat dikonfirmasi, Minggu (23/12/2018).

"Banyak warga mengungsi mendengar sirine. Shelter tsunami juga penuh oleh pengungsi," kata dia.

Di sisi lain, data terakhir BNPB menunjukkan korban meninggal dunia akibat tsunami yang melanda wilayah pantai sekitar Selat Sunda bertambah menjadi 62 orang.

Sementara korban luka-luka menjadi 584 orang. Kemudian 20 orang belum ditemukan.

"Data dampak tsunami sampai dengan 23 Desember 2018 pukul 10.00 WIB, data sementara jumlah korban meninggal 62 orang meninggal dunia, korban luka 584, hilang 20 orang," kata Sutopo dalam keterangan persnya.

Sutopo memperkirakan data ini akan terus bertambah mengingat ada wilayah-wilayah yang belum didata secara menyeluruh.

Sementara itu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tak beraktivitas di sekitar kawasan Selat Sunda: di wilayah pesisir pantai maupun kawasan Gunung Krakatau.

"Kita tunggu update status anak (gunung) Krakatau apakah ada peningkatan (aktivitas vulkanik). Kalau ada peningkatan ya tentunya kita harus kita waspadai," kata Rahmat dalam konferensi pers di gedung BMKG, Jakarta, Minggu.

Rahmat mengingatkan, potensi gelombang tsunami lanjutan bisa saja terjadi. Sebab, saat ini BMKG memantau adanya aktivitas vulkanik anak gunung Krakatau dan gelombang tinggi akibat cuaca di perairan Selat Sunda.

Sehingga masyarakat harus mewaspadai dua hal tersebut.

"Yang pasti berbeda (tsunami) yang diakibatkan gempa bumi. Kalau gempa bumi, tsunami susulan dalam sejarahnya tidak ada. Tapi karena ini berbeda, letusan kan bisa saja awalnya (erupsi) kecil, kemudian (erupsi) besar. Kita harus menunggu update dari teman Badan Geologi," paparnya.

Rahmat memaparkan, gelombang tsunami akibat erupsi Krakatau sekitar 90 sentimeter. Namun, dengan adanya gelombang tinggi, arus gelombang tsunami bisa bertambah lebih dari dua meter.

"Masyarakat sekitar pantai yang berlibur untuk tidak bermain sekitar pantai. Apalagi di Selat Sunda. Kalau memang itu adanya peningkatan aktivitas vulkanik lebih waspada lagi karena dampaknya ada gelombang tinggi ditambah tsunami," tegas Rahmat.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul “BMKG Tegaskan SMS Soal Bencana Akhir Tahun Ini Hoax, Penting Cek Cuaca Libur Natal dan Tahun Baru”

Sumber: TribunStyle.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved