Sampah Plastik Membunuhmu, Bukan Hanya Paus Rumput Laut Juga Terancam
Dua tempat alternatif lokasi pencanangan Gerakan Nasional “Pantai Kami Bersih” tahun depan, Pantai Galesong di Takalar atau Pantai Losari di Makassar
Arman Arfah
Ketua Kospermindo/Ketua Umum Asosiasi Pembudidaya dan Pengelola Rumput Laut Indonesia (Aspperli)
Melaporkan dari Jakarta
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Koperasi Serikat Pekerja Merdeka Indonesia (Kospermindo) turun ke pantai membersihkan sampah. Acara bertajuk “Pantai Kami Bersih” itu kerja sama Kospermindo dengan Canada Development Foundation (CDF) dan Marine Instute dalam program inves-coop.
Gerakan Pantai Kami Bersih melalui tema "Koperasi Sejati Tujuan Kami, Pantai Bersih Masa Depan Kami" adalah salah satu program kegiatan inves-coop bekerjasama Kospermindo, Canada Depelovment Fund, dan Marine Institute of Memorial University of Newfourland-Canada.
Gelombag pertama, Gerakan Pantai Kami Bersih digelar pada Minggu, 9 Desember 2018, dan dipusatkan di Pantai Lamalaka, Dusun Lasepang, Kabupaten Bantaeng. Hal yang sama diadakan di Kabupaten Jeneponto dan Luwu Utara.
Saat ini (Selasa, 11/12/2018), kami lagi di Jakarta, mematangkan rencana menjadikan gerakan “Pantai Kami Bersih” menjadi agenda nasional. Agenda ini kami rencanakan diluncurkan awal tahun depan dan dipusatkan di Sulsel.
Ada dua pantai jadi alternatif lokasi pencanangan Gerakan Nasional “Pantai Kami Bersih” tahun depan, Pantai Galesong di Takalar atau Pantai Losari di Makassar.
Kospermindo sangat menyadari akan pentingnya menjaga pesisir di mana rumput laut tumbuh dan berkembang. Sebagai makanan sehat, rumput laut tidak boleh tercemari oleh sampah plastik yang menyebabkannya tumbuhan tidak layak dikomsumsi.
Koordinator Program invest-Coop CDF Canada, Andre, menyampaikan keprihatinan masyarakat dunia terhadap pencemaran laut. Makanya, diharapkan adanya gerakan bersama masyarakat dunia untuk peduli pada lingkungan pesisir, menyelamatkan pesisir dari limbah sampah terkhusus sampah plastik demi kelestarian hidup ummat manusia.
Rekan dari Marine Institute, Mrs Mackenzi, Mr Cyr, dan Mr Kiren mengharapkan ada kepedulian dan kerjasama antarnegara dalam mengatasi limbah laut yang dapat mengancam kerusakan lingkungan dan masa depan manusia
Gerakan itu sebagai wujud kepedulian perlunya menjaga habitat pesisir untuk kelangsungan usaha dan keberlanjutan masa depan kehidupan. Melalui kegiatan itu, diharapkan anggota koperasi yang berbergerak dalam kegiatan usaha pesisir memiliki kesadaran untuk melestarikan lingkungannya dan menjadi gerakan bersama bagi masyarakat dunia akan bahaya limbah plastik.
Plastik Membunuhmu
Ancaman besar terhadap biota laut ekosistem sekaligus ancaman keberlangsungan peradaban manusia. Kita telah dikagetkan oleh ikan paus yang terdampar dan mati di Perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 28 November 2018 lalu.
Bukan kematian paus itu semata yang patut disesali. Tapi, penyebab kematiannya yang sungguh memilukan hati.
Kematian paus itu sungguh memprihatinkan dan menyedot perhatian masyarakat dunia, karena dalam perut paus sepanjang 9,6 meter tersebut ditemukan sampah plastik seberat 5,9 kilogram.
Tak dapat dipungkiri, sampah yang tidak terkelola dengan baik akan menyebabkan pencemaran di lingkungan kita.
Plastik merupakan salah satu bahan yang paling sering digunakan oleh masyarakat untuk berbagai hal, karena keseringan digunakan plastik seolah-olah telah menjadi sebuah kebutuhan yang harus tersedia di masyarakat.