Tujuh Tahun Tak Pulang Kampung, Sekuriti Ini Kadang Nangis karena Rindu Ibu di Flores
Selama di Makassar, pria kelahiran 22 Mei 1996, itu telah mencoba berbagai pekerjaan, bahkan sempat menjadi sales obat.
Laporan wartawan Tribun Timur/Desi Triana Aswan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Menangis untuk ibu bukanlah hal tercela. Itulah yang diyakini Oktavianus (22), sekuriti yang tinggal di Makassar.
Pandangan Oktavianus seakan menembus hujan rintik di halaman Gedung Tribun Timur, Jl Cendrawasih, Makassar, Kamis (8/11/2018) sore, kala diajak berbincang.
"Saya rindu sama ibu. Dia sudah lama sendiri, sejak saya merantau ke Makassar," ungkap Oktav, sapaan Oktavianus. Dia mengaku kadang menangis karena rindu pada ibu
Oktav perantau dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Ibunya tinggal di Pulau Flores.
Ayah satu anak itu tinggalkan kampung halamannya sejak 2008. Tekad bulat, ingin hidup mandiri tanpa membebani ibunya yang telah ditinggal suami.
Usianya masih 12 tahun, ketika Oktav tinggalkan Flores. Awalnya dia sekolah di Makassar.
Pendidikan jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), hingga sekolah menengah atas (SMA) sudah dia lewati, dengan penuh perjuangan.
Sayang, perjuangan Oktav menempuh pendidikan formal terhenti setelah tamat SMA. Dia tak kuasa lagi berjuang menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.
"Saya memegang teguh prinsip pemuda NTT, kalau anak muda sudah keluar dari rumah (mandiri), itu harus membiayai hidupnya sendiri," ujar Oktav.
Selama di Makassar, pria kelahiran 22 Mei 1996, itu telah mencoba berbagai pekerjaan, bahkan sempat menjadi sales obat.
Mantan mahasiswa STIE Bongaya ini, harus memupuskan harapannya untuk melanjutkan kuliah kejenjang yang lebih tinggi. Selain karena faktor ekonomi,
Oktav juga kesulitan dalam membagi waktunya antara kerja atau kuliah.
Tahun berganti, dia menikahi wanita pujaan hati yang juga berasal dari NTT
Hidup bersama sudah lima tahun lamanya dan dikaruniai seorang anak perempuan berusia empat tahun.
"Saya harus semangat menghidupi anak istri saya, walaupun hidup sederhana kami harus bersyukur," ujar Oktav.
Rindu Ibu
Memori Oktav kembali ke ibu. "Sudah tujuh tahun saya tidak kembali ke Flores. Ibu saya hanya petani. Semoga dia sehat-sehat. Kami saling menanyakan kabar tiap harinya melalu HP," kata Oktav.
Oktav sudah beberapa kali mencoba pulang kampung. Namun selalu terkendala. Entah, ada kerjaan atau belum punya ongkos.
Meski menghuni kos murah, di ujung Jl Cendrawasih, Oktav tetap bersyukur. “Asal bersyukur semua terasa nyaman,” katanya.
Pemuda yang sudah dua tahun jadi sekuriti itu yakin suatu saat pulang kampung. “Akan pulang jika sudah waktunya,” ujarnya.(*)