Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

BNPB Terbitkan Buku Saku Menghadapi Bencana, Ini Kegunaanya

Di dalam buku ini disampakan hal-hal yang mendasar yang perlu diketahui oleh masyarakat, baik ancaman bencana maupun tips-tips menghadapi bencana

Penulis: Hasan Basri | Editor: Nurul Adha Islamiah
saldy/tribun-timur.com
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho diajak selfie oleh peserta workshop kehumasan. 

Laporan wartawan Tribun Timur Hasan Basri

TRIBUN - TIMUR.COM, MAKASSAR - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan tahun 2018 dapat dikatakan sebagai tahun bencana.

Meski jumlah kejadian bencana relatif sama dengan tahun sebelumnya, namun dampak bencana sungguh luar biasa. Selama tahun 2018, hingga Kamis (25/10/2018), tercatat 1.999 kejadian bencana di Indonesia.

"Jumlah ini akan terus bertambah hingga akhir 2018 mendatang," kata Sutopo dalam rilisnya, Minggu (04/11/2018).

Sementara tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemda dalam menghadapi bencana besar kata Sutopo masih rendah. Ini dibuktikan berdasarkan polling bencana, ternyata 77% menyatakan belum siap, 14% menyatakan cukup siap, dan 9% menyatakan siap.

Baca: Garbi Mulai Deklarasi di Berbagai Daerah di Sulsel

Baca: Nurdin Abdullah: Nipah Mall Milik Kaum Millennial

Baca: Mahasiswa KJP Ditemukan Tewas di Kos, Diduga Karena ini

Sutopo mengatakan untuk mengatasi persoalan itu, mitigasi bencana, kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan pengurangan risiko bencana masih perlu terus ditingkatkan. Pengurangan risiko bencana harus dimaknai sebagai investasi pembangunan nasional.

"Sosialisasi dan pendidikan kebencanaan juga harus ditingkatkan. Masih banyak masyarakat yang belum paham ancaman bencana dan antisipasi yang dilakukan. Pendidikan bencana perlu memasukkan dalam kurikulum pendidikan sejak SD-SMA," sebutnya.

Ini sesuai pendapat masyarakat dari polling bencana. 97% menyatakan pendidikan bencana wajib dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan, sedangkan hanya 3% yang menyatakan tidak setuju.

"Untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan sosialisasi bencana, maka BNPB menerbitkan Buku Saku Menghadapi Bencana (Lampiran Soft Filenya). Di dalam buku ini disampakan hal-hal yang mendasar yang perlu diketahui oleh masyarakat, baik ancaman bencana maupun tips-tips menghadapi bencana," sebutnya

Sutopo mengatakan ribuan buku saku ini dicetak dan dibagikan. Namun tentu sangat kurang dibandingkan dengan 267 juta jiwa penduduk Indonesia saat ini.

Keterbatasan anggaran menyebabkan BNPB tidak dapat memproduksi banyak. Oleh karena itu, jika ada dunia usaha, BUMN, NGO, organisasi masyarakat dan lainnya yang ingin mencetak dan membagikan kepada masyarakat luas, BNPB tentu akan senang hati menyambutnya.

"Bencana adalah keniscayaan. Pasti terjadi di Indonesia karena Indonesia rawan bencana. Yang penting adalah apakah kita sudah siap menghadapi bencana itu. Kesiapsiagaan dan mitigasi adalah hal yang penting," papar Sutopo.

Sutopon menyampaikan dampak yang ditimbulkan bencana sangat besar. Tercatat 3.548 orang meninggal dunia dan hilang, 13.112 orang luka-luka, 3,06 juta jiwa mengungsi dan terdampak bencana, 339.969 rumah rusak berat, 7.810 rumah rusak sedang, 20.608 rumah rusak ringan, dan ribuan fasilitas umum rusak.

Kerugian ekonomi yang ditimbulkan bencana cukup besar. Sebagai gambaran, gempabumi di Lombok dan Sumbawa menimbulkan kerusakan dan kerugian Rp 17,13 trilyun. Begitu juga gempabumi dan tsunami di Sulawesi Tengah menyebabkan kerugian dan kerusakan lebih dari Rp 18,48 trilyun. Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah.

Selama tahun 2018, terdapat beberapa bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar yaitu banjir bandang di Lampung Tengah pada 26/2/2018 yang menyebabkan 7 orang meninggal dunia.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved