Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

OPINI - Membaca, Titah Langit yang Terlupa

Ditulis Syamsul Arif Galib, Pengajar Studi Agama di Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar daCo-Founder Bersama Institute

Editor: Jumadi Mappanganro
HANDOVER
Dosen UIT Syamsul Arif Galib mewakili Indonesia dalam program pertukaran tokoh muda Islam Australia Indonesia atau Australia- Indonesia Muslim Exchange. 

“Kita gampang ditipu karena kurang membaca. Orang menjadi sombong karena tidak membaca,” ujarnya dalam sebuah diskusi tentang bukunya. Ummat Islam gampang marah, tersinggung dan dengan mudah mempercayai berita bohong.

Bisa jadi jawabannya karena membaca bukan lagi menjadi sebuah budaya utama dalam keseharian ummat Islam.

Tradisi Buku
Islam pernah menjadi peradaban yang besar karena membaca dan menghargai bacaan. Dalam Encyclopedia of Knowledge (130:1993) yang diterbitkan oleh Grolier tahun 1993, tertulis jelas bahwa jika membincang literasi harus membawa nama Islam juga di sana.

Disebutkan bahwa sejak awal munculnya di abad ke 7, Islam merupakan sebuah agama yang memiliki ‘tradisi buku’ yang sangat kuat.

Ketika Islam kemudian menyebar hingga Asia, Afrika Utara hingga Spanyol, tradisi itu juga ikut dibawa.

Baca: OPINI - Dana Kelurahan di Tahun Politik

Hatem Bazian, Co-Founder sekaligus juga Professor Hukum Islam dan Teologi di Zaytuna College dalam tulisannya di sebuah koran Turki, Daily Sabah, menyebutkan bahwa alasan di balik stagnansi di dunia Muslim saat ini sesungguhnya bukanlah salah siapa-siapa.

Melainkan salah ummat Islam sendiri yang meninggalkan pembacaan sejati Al-Qur’an yang sangat menekankan pentingnya pengetahuan.

Dalam tulisannya berjudul Books and Reading in the Muslim world; A Serious Crisis (2015), dosen di UC Berkeley ini mengemukakan bahwa membaca merupakan sebuah seni yang kini hilang di antara mayoritas ummat Islam.

Padahal, selama berabad-abad peradaban Islam sangat menghormati dan meninggikan buku-buku.

Dari 56 penerbit teratas di dunia saat ini, tidak satupun di antaranya ada di negara Muslim. Sebahagian orang mungkin akan menyalahkan kehadiran internet atau mode komunikasi modern yang menjadikan orang tidak lagi membaca.

Namun menurut Bazian, masalah kaum Muslim yang menjauh dari buku itu jauh sebelum datangnya era internet.

Jika dilacak lebih jauh, ini dimulai di pertengahan abad ke 18 atau bahkan lebih awal dari itu. Penyebabnya pun bermacam-bacam. Di antaranya korupsi di dunia Islam.

Fokus yang berlebihan kepada dunia militer dan pengetahuan yang bersifat teknis, pemotongan anggaran, runtuhnya lembaga waqah yang selama ini mendukung dan menjadi tulang punggung gerakan reproduksi gagasan intelektual dalam masyarakat Islam.

Juga pengasingan para sarjana, pendidik dan kaum terdidik di kalangan masyarakat.

Baca: OPINI - Pengungsi dan Bencana

Pandangan Bazian tentu masih bisa diperdebatkan. Namun yang pasti, realitas menunjukkan bagaimana semangat literasi baik itu membaca dan menulis di dunia Muslim tidak sebanding dengan jumlahnya yang begitu sangat banyak.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved