Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

KLAKSON Abdul Karim: Kampanye

Politik pada masa itu sebenarnya mempertontonkan kekuatan harta benda, bukan memperlihatkan gagasan politik. Tidak menawarkan visi perubahan.

Editor: Jumadi Mappanganro
Abdul Karim 

Untuk bisa meraih kursi parlamen, seorang politisi mesti melakukannya. Mesti rajin membagi baju kaos, mesti aktif mengisi bensin motor bentor.

Di sini, kursi parlamen berpeluang bagi kaum yang ber-uang. Sementara politisi yang tak berduit harus ikhlas menjadi aksesoris kertas suara belaka.

Tetapi di balik itu, ada keserakahan yang menyusup yang tak tampak saat kampanye. Wujudnya terlihat saat kursi berhasil diduduki.

Segala biaya politik yang keluar mesti kembali. Prinsipnya, yang pergi harus kembali dengan lebih. Di sinilah, keserakahan beroperasi.

Politik kita tak pernah benar-benar ampuh menghentikan keserakahan.

Kita tahu, keserakahan tak pernah menyelamatkan demokrasi. Ia justeru mala bagi demokrasi.

Jika bukan karena keserakahan itu, apa yang membuat Nasruddin terjepit hidupnya? Apa yang membuat Dg Alle tercekik hidupnya? (*)

CATATAN: Tulisan di atas telah terbit di kolom Klakson halaman Opini Tribun Timur edisi cetak Rabu 31 Oktober 2018

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved