Prof Hamdan Paparkan Hasil Penelitian FKPT Sulsel Tentang Radikalisme, Berikut Temuannya
Kegiatan tersebut sekaligus Pendalaman Penyusunan Policy Brief terkait pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan radikalisme
Penulis: Hasrul | Editor: Nurul Adha Islamiah
TRIBUN-TIMUR. COM, MAKASSAR - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Selatan (Sulsel) gelar Diseminasi Hasil Penelitian di Hotel Claro Makassar.
Kegiatan tersebut sekaligus Pendalaman Penyusunan Policy Brief terkait pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan radikalisme yang berlangsung, Kamis (18/10) lalu.
Hadir sebagai pembicara dalam kegiatan ini Prof Dr Arfin Hamid SH MH sebagai Ketua FKPT Sulawesi Selatan, Mas’ud Halimin, reviewer BNPT Pusat dan Prof Dr Hamdan Juhannis PhD selaku Ketua Tim Peneliti.
Dalam paparannya, Prof Hamdan Juhannis menyebutkan temuannya bahwa secara umum, mahasiswa Makassar mengetahui kearifan lokal serta memaknai kearifan lokal sebagai sesuatu yang positif dan penting.
Kearifan lokal diyakini dapat menghadirkan semangat persatuan, penghargaan, kerjasama, kebijaksanaan, kepedulian sosial, sekaligus juga sebagai benteng dari pengaruh budaya luar.
"Sayangnya, ada degradasi pengetahuan dan pemahaman atas kearifan lokal ini," ungkap Guru Besar Universitas Islam Negri (UIN) Alauddin Makassar tersebut melalui rilis ke Tribun Timur, Minggu (21/10/2018).
Degradasi pemahaman tersebut muncul karena pesan-pesan kearifan lokal tidak lagi diajarkan di keluarga serta kurangnya reproduksi gagasan baik itu dalam bentuk buku tentang kearifan lokal dan nilainya.
Menurut penulis buku 'Melawan Takdir' tersebut pesan-pesan kearifan lokal, pada umumnya, mahasiswa hanya mengenal konsep sipakatau, sipakainga, sipakalebbi atau konsep siri’ na pacce.
Padahal ada banyak pesan-pesan kearifan lokal lainnya yang juga berisi pesan-pesan universal yang anti terhadap radikalisme.
Lebih lanjut, menurutnya diperlukan cara-cara kekinian khas generasi millennial dalam menyebarkan dan menjelaskan kembali kearifan-kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Sulawesi Selatan.
Mengingat model diskusi dan dialog dinggap sudah terlalu mainstream bagi generasi millennial. Cara-cara kekinian itu diantaranya melalui kemah budaya, video kreatif, infografis, film pendek, buku dan juga komik.
Mas’ud Halimin, reviewer BNPT Pusat sangat mengapresiasi hasil penelitian FKPT Sulsel dan menyebut bahwa hasilnya telah sejalan dengan temuan hasil penelitian BNPT sebelumnya di tahun 2017.
Sebelumnya di tahun 2017 BNPT menyebutkan bahwa setidaknya ada tiga hal yang dimiliki Sulawesi Selatan dan dapat digunakan sebagai daya tangkal radikalisme. Daya tangkal tersebut meliputi Kearifan Lokal, Kebebasan dan kesejahteraan.(*)