Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tugas Mereka Ternyata Sangat Mulia, tapi Siapa Sangka Jika Harus Nonton Film Panas Hingga yang Sadis

Booming melalui media sosial, ternyata melahirkan profesi baru sebagai moderator konten. Tugasnya, menyaring jutaan konten

Editor: Edi Sumardi
KOMPAS.COM
Ilustrasi konten asusila pada media sosial. 

Di dunia maya, mereka melihat banyak sekali keberagaman, hasil dari konsep demokrasi yang dijunjung tinggi jejaring sosial.

Tak jarang, mereka kehilangan akal, menganggap orang-orang di sekitar mereka punya itikad buruk.

Maria mengisahkan, teman-temannya bahkan tidak berani meninggalkan anak mereka dengan pengasuhnya.

Kurang perhatian?

Trauma psikologis yang tidak terhindarkan nyatanya kurang mendapat perhatian dari para petinggi media sosial.

"Hampir tidak ada dukungan psikologis yang mumpuni. Mereka benar-benar bekerja, seolah mereka melakukan hal kotor untuk kita semua," jelas Riesewieck.

Untuk ukuran pekerja muda, para moderator sebenarnya dibayar cukup tinggi jika bekerja di bawah perusahaan media sosial yang matang.

Namun menurut Riesewieck, upah tersebut kurang cukup untuk mengatasi masalah psikologis mereka.

"Facebook, YouTube dan Twitter mengatakan bahwa dukungan psikologis tersedia bagi semua pengulas konten, baik yang direkrut secara langsung maupun yang melalui outsourcing," imbuhnya.

Baru-baru ini, mantan moderator konten yang pernah bekerja untuk Facebook menuntut jejaring sosial raksasa itu.

Selena Scola bekerja di Facebook sejak Juni 2017 lalu.

Ia merupakan pegawai kontrak dari “Pro Unlimited”, yakni perusahaan tenaga kerja berbasis Florida yang bermitra dengan Facebook.

Ia mengatakan Facebook gagal menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi pegawainya.

Hal ini secara spesifik terkait kesehatan mental para pegawai di divisinya.

Ia dan para moderator konten lain harus berhadapan dengan ribuan gambar tak senonoh setiap harinya.

Ada yang bermuatan kekerasan seksual terhadap anak, hingga penganiayaan lainnya dalam berbagai bentuk.

Selena Scola mengatakan konten-konten tersebut membekaskan trauma khusus bagi dirinya dan para pegawai lain sehingga mengalami gangguan stres.

Facebook pun berdalih dan mengatakan bahwa perusahannya menawarkan akses tanpa batas ke fasilitas kesehatan mental dan berkonsultasi dengan ahli terkait.

"Kami sadar pekerjaan sebagai moderator konten akan sulit. Karenanya, kami menyediakan dukungan yang serius ke para pegawai, mulai dari pelatihan, berbagai manfaat khusus, hingga akses ke fasilitas psikologis," kata perwakilan Facebook.(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved