7 Fakta dan Profil Yuli Sumpil Sang Dirijen Aremania: Awal Mengenal Arema dan Jadi Suporter Terbaik
Pentolan Aremania, Yuli Sumpil dihukum tak bisa masuk stadion seumur hidup.
Kiprahnya sebagai seorang dirigen sempat membuat seorang insan perfilman tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah film.
Akhirnya dibuatlah sebuah film dokumenter berjudul 'The Conductors' yang digarap oleh Andi Bachtiar Yusuf.
The Conductors berusaha untuk mengungkap sisi lain dari Addie MS (Twilite Orchestra), AG Sudibyo (Paduan Suara Mahasiswa UI) dan Yuli Sumpil (Aremania). Menampilkan kiat dan semangat dari anak manusia yang sangat mencintai profesinya tersebut.
Film yang telah diputar pada ajang Jakarta International Film Festival (JiFFest) 2007 lalu tersebut merupakan karya dokumenter kedua pria yang lebih akrab dipanggil "Ucup" setelah The Jak (2007).
Setelah premiere di Jakarta, film tersebut juga diputar di Bandung, Malang, Semarang, Yogyakarta, Jember, Purwokerto, bahkan sampai Pusan (Korea Selatan).
"Cita-cita saya, pagar besi pembatas tribun dengan lapangan nanti tidak perlu ada lagi. Jadi kita menonton sepakbola dengan enak, tidak ada perkelahian, tidak ada suporter yang mengganggu pemain.
Saya juga ingin semua golongan bisa bersatu di sini. Kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, Cina atau bukan Cina, pejabat atau orang biasa, Islam atau Kristen, di sini semuanya bisa sama, kata Yuli tentang harapannya untuk Aremania ke depannya.
5. Soal Rivalitas dengan Bonek
Seperti kebanyakan pemuda kota yang tinggal di kampung padat dan miskin, Yuli gemar sepakbola dan sering terlibat tawuran (perkelahian massal) antarkampung. Kala itu kelompok suporter di Malang sebelum ada Aremania adalah kelompok gank-gank yang selalu rusuh di tiap usai pertandingan, apapun hasil di lapangan.
"Buat saya dulu tawuran adalah bagian dari sepakbola. Sepakbola nggak ada tawuran seperti sepakbola banci," kata Yuli.
Soal rivalitas antara Aremania dan Bonek, Yuli tak hanya sekali dua kali terlibat langsung di dalamnya. Tak terhitung jumlahnya Yuli berada dalam satu medan tempur kala Aremania diserang oleh oknum berseragam hijau-hijau tersebut.
Bagi Yuli, itu adalah sebuah pembelajaran bagaimana jadi sosok suporter yang tak mau mencari musuh, namun ketika ketemu musuh tak lari.
Satu di antara kisah dramatisnya bertempur melawan Bonek dalam rangka membela diri, adalah ketika beberapa tahun lalu, sebelum menjadi dirigen, bersama 30 orang Aremania lainnya Yuli datang ke Jakarta untuk melihat Arema bertanding.
Dia berangkat dari rumah dengan menyiapkan sebilah pedang.
"Waktu itu, ini perlengkapan standar," kata Yuli sambil mengenang.