Penyebab Gempa dan Tsunami di Donggala-Palu, Ini Sejarah dan Kajian Para Ahli Geologi!
Tercatat riwayat gempa di daerah tersebut: 1 Desember 1927 terjadi gempa berkuatan 6,3 SR.
Oleh: Dr Eng Asri Jaya ST MT *)
TRIBUN-TIMUR.COM - Saat ini kita semua lebih fokus pada tindakan tanggap darurat akibat gempa dan tsunami yang terjadi di Donggala-Palu, Sulawesi Tengah. Apalagi gempa susulan masih berlangsung dari 28 September - 2 Oktober 2018 pada range magnitude (5-7 Skala Richter).
Bahkan gempa susulan terus melebar sampai saat ini, sebagaimana yang terjadi pada segmen sabuk lipatan sesar naik/thrust fold belt Majene (3,7 SR) dan laut sebelah timur Sinjai yang merupakan segmen Sesar Walanae (3.1 SR) pada 1 Oktober 2018.

Mengingat banyaknya pertanyaan masyarakat terhadap gempa dan tsunami yang terjadi di daerah tersebut, maka sebagai ilmuwan/geoscientist sudah kewajiban kami untuk memberikan pandangan dan pembelajaran kepada masyarakat.
Dari segi sudut pandang geologi, Pulau Sulawesi tergolong salah satu pulau dengan sejarah tektonik yang paling rumit di dunia. Hal tersebut selain dicirikan oleh jenis batuan yang kompleks juga menyisahkan lineament/garis patahan struktur geologi yang banyak dan beragam.
Baca: Terbaru, Gempa Bumi Hari Ini Guncang Luwu Timur Sulsel 4,8 SR: Ini Penjelasan BMKG
Baca: Profesor di Jepang Ingatkan Kemungkinan Gempa Bumi Cukup Besar Terjadi di Sulawesi dalam Waktu Dekat
Baca: TERBARU Gempa Bumi Hari Ini 6,3 SR Guncang Sumba Timur NTT, Keterangan BMKG Soal Tsunami
Berikut beberapa segmen sesar/patahan utama yang memotong Pulau Sulawesi. Sesar naik/thrust fault: Thrust Sulawesi di paling utara Sulawesi yang merupakan zona Subduksi Indo China dan juga bertanggungjawab sebagai pemicu vulkanisme/gunung api aktif di lengan utara Sulawesi.
Selanjutnya thrust Sangihe di timur, Majene di lengan selatan, Kalosi dan Latimojong di lengan selatan, Tolo di bagian timur/Banda, Buton di lengan tenggara.
Kemudian sesar mendatar/strike-slip fault: meliputi sesar mendatar Palu-Koro di bagian tengah, Matano di lengan timur, Lawanopo, Kolaka di lengan tenggara, dan Walanae di lengan selatan. Liniament sesar-sesar tersebut semuanya berpotensi sebagai jalur gempa bumi.
Penyebab Gempa-Tsunami
Terkait dengan penyebab gempa disertai tsunami yang terjadi di daerah Donggala-Palu diduga pemicunya adalah sesar mendatar/strike-slip fault Palu Koro yang sifat geraknya mengiri (sinistral).
Sesar memanjang yang memiliki arah barat laut-tenggara diperkirakan memiliki kesinambungan dengan sesar Matano yang berada di sebelah Timur.

Bahkan lebih ke timur lagi diperkirakan berhubungan dengan sesar Sorong-Banda hingga samudera Pacific/ Uniknya sesar mendatar tidak lazim meng-generate tsunami. Hal ini memunculkan pertanyaan dan debat para ahli geologi.
Setelah kami melakukan berbagai diskusi dan kajian bersama dengan para geoscientist dapat disimpulkan bahwa ada dua kemungkinan yang menjadi pemicu tsunami di daerah tersebut.
Yakni aktifitas sesar Palu Koro telah memicu reaktivasi sesar naik/thrust fault di bagian barat sesar Palu- Koro, meliputi wilayah Selat Makassar, daratan bagian barat Pulau Sulawesi, termasuk bagian Teluk Palu. (perhatikan Gambar 1)
Kemudian aktifitas sesar Palu Koro memicu sesar normal yang berada di pull apart basin/lembah termasuk di teluk dan lembah Palu.
Baca: Gempa Bumi Hari Ini 6,3 SR Guncang Sumba Timur NTT, Tercatat 4 Kali
Baca: Gempa Bumi Hari Ini 4,8 SR Guncang Luwu Timur (Lutim), 3,1 SR di Sinjai, Bagaimana Info Tsunami?
Baca: Warga Sulsel Diterpa Hoaks Gempa Bumi Susulan Berpotensi Tsunami 8,1 SR
Sesar Palu-Koro selain sebagai strike slip yang memiliki gerakan mendatar juga merupakan transtension yang memiliki komponen realizing band di bagian tengah sesar yang dapat bergerak turun dan naik. (Gambar 2. b-c)
Gerakan tersebut selanjutnya memicu longsor bawah laut. Teluk Palu yang diduga kuat meng-generate tsunami baru-baru ini.
Termasuk aktifitas liquefaction di Patobo, pasir dan lempung jenuh air yang merupakan endapan kuarter (molasses deposite) berada di atas segmen-segmen sesar.

Nah, ketika dasar endapan sedimen bergerak, maka bagian atasnya kehilangan kekuatan dan kekakuan (loses strength and stiffnesss) sehingga dengan mudah mengalami likuifaksi. (Gambar 2. b)
Kondisi morfologi wilayah, dimana ujung sesar bersentuhan langsung dengan lautan membentuk sebuah teluk, tentu sangat memungkinkan gerakan naik dan turun di bagian pull apart basin sesar sehingga dapat memicu terjadinya tsunami.
Hal inilah sebagai bagian pengecualian bahwa sesar mendatar tidak lazim berpotensi menghasilkan tsunami. Namun demikian efek sebaran wilayah jelajah tsunaminya kemungkinan tidak seluas jika dibandingkan dengan kejadian pada wilayah zona subduksi dengan perairan terbuka.
Baca: PT GMTD Buka Donasi Bantu Korban Gempa Bumi di Palu dan Donggala
Baca: Betulkah Pulau Kalimantan Paling Aman dari Gempa Bumi dan Tsunami? Baca Penjelasannya
Baca: Gempa Bumi Hari Ini 5,0 SR Guncang Donggala, Tak Bepotensi Tsunami, Terasa Hingga Palu
Misalnya wilayah barat Sumatera dan wilayah timur Jawa yang berhubungan langsung dengan Samudera/Lempeng Hindia (Gempa Aceh tahun 2004) dan Samudera/Lempeng Pasifik (Gempa Fukushima, Jepang tahun 2011).
Sejarah Gempa Palu
Kejadian gempa yang memicu tsunami Palu-Donggala tersebut sebenarnya telah memiliki dokumentasi sebelumnya seperti publikasi terbitan jurnal Natural Hazard (Nederland 1997) dan Bulletin of the Seismological Society of America (2000).
Kedua jurnal tersebut telah mendokumentasi bahwa wilayah Donggala-Palu dan sekitar memang memiliki sejarah gempa yang menyebabkan tsunami. Bahkan hal ini telah berlangsung dari tahun 1927-1996 yang sepertinya memiliki sebuah periode ulang.

Tercatat riwayat gempa di daerah tersebut: 1 Desember 1927 terjadi gempa berkuatan 6,3 SR. Lalu 19 Mei 1939 terjadi lagi gempa dengan magnitude 7,6. Berulang lagi pada 14 Agustus 1968 dengan kekuatan 7,4 SR. Gempa lagi pada 1 Januari 1996 dengan kekuatan 7,7 SR.
Besarnya magnitude gempa hampir sama dengan yang terjadi saat ini yang menandakan bahwa pemicu gempa sama, tidak hanya terjadi di darat tetapi juga terjadi di laut. Itu menandakan semua segmen sesar di sekitar sesar Palu Koro dapat bergerak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wilayah Donggala-Palu dan sekitarnya adalah wilayah potensi gempa serta dapat menyebabkan tsunami. Hal ini tentunya tergantung pada besar
magnitude dan posisi episentrum.
Sesar Palu Koro merupakan sesar aktif yang dapat bergerak kapan saja. Dan yang jelas dapat mempengaruhi segmen-segman sesar di sekitarnya yang berpotensi menyebabkan gempa serta tsunami.
Baca: Gempa Bumi Hari Ini 6,3 SR Guncang Sumba Timur NTT, Tercatat 4 Kali
Baca: PM Jepang Ucapkan Belasungkawa atas Gempa Bumi dan Tsunami di Palu-Donggala, Siap Beri Bantuan
Baca: Terbaru, Gempa Bumi Hari Ini Guncang Luwu Timur Sulsel 4,8 SR: Ini Penjelasan BMKG
Kejadian ini tentu yang kesekian kalinya menjadi pelajaran bagi kita semua dan mendorong kesiapan pemerintah dan masyarakat untuk menghadapi segala bentuk konsekuensi hidup di daerah yang rawan gempa bumi.
Pemerintah harus mampu menyiapkan infrastruktur sistem peringatan dini, sistem tanggap darurat yang cepat, mendorong edukasi gempa, tsunami maupun bencana lainnya kepada masyarakat luas untuk mengurangi dampak kerugian atau sebagai bentuk tindakan mitigasi.
Yang tak kalah pentingnya adalah perencanan pembangunan infrastruktur/penataan ruang tidak menjadikan kajian gejala alam sebagai pertimbangan pelengkap semata. (*)
* Dosen Teknik Geologi Unhas
** Ketua Pengda Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sulawesi Selatan, Barat dan Tengah