Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Insinyur Perminyakan Asal Selayar Ikut Nyaleg

"Selama ini saya melakukan sosialisasi door to door untuk merebut hati masyarakat, semoga terpilih bukan dengan cara kotor"

Penulis: Nurwahidah | Editor: Nurul Adha Islamiah
Nurwahidah/Tribunselayar.com
Ali Yathas 

Laporan Wartawan TribunSelayar.com, Nurwahidah

TRIBUNSELAYAR.COM, BENTENG- Alumni Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin asal Selayar Ali Yathas telah menetapkan hati ikut Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 untuk DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar.

Ia masuk daftar calon tetap dari Partai Amanat Nasional (PAN) dapil 2 No 6.

"Saya masuk partai karena ini satu-satu jalan untuk bisa duduk di legislatif," kata Ali yang juga Ketua Ikatan Alumni Teknik Mesin Unhas angkatan 1998.

Sebagai wujud keseriusan maju caleg, ia telah rutin melakukan sosialisasi door to door untuk merebut hati masyarakat.

Ia pun merelakan waktunya bersama keluarganya berkurang demi bisa keliling bersilaturahmi. 

"Saya berharap bisa terpilih bukan dengan cara-cara kotor," kata Ali  kapada tribunselayar.com, Sabtu (29/9/2018).

Mantan Kordinator Kabupaten Relawan Prof Andalan ini mengaku inilah kali pertama dirinya nyaleg.

"Saya kira ini adalah panggilan hati nurani. Saya tidak mencari materi atau kekayaan sebagai anggota dewan jika terpilih. 

Sebelumnya, caleg satu ini adalah profesional engineer yang bekerja di perusahaan minyak internasional sekitar sepuluh tahun dan tinggal di luar negeri.

Di antaranya di Eropa, Arab dan Malaysia. Namun ia memilih resign karena lebih rindu bisa mengabdi di Selayar.

Ia merasa miris melihat kehidupan di Selayar.

Juga prihatin melihat sebagian warga tidak saling bertukar sapa dan bahkan dengan keluarga dekat sekalipun hanya karena perbedaan pilihan politik.

Ia juga prihatin dengan nasib sebagian pegawai di kampungnya tidak bisa bekerja maksimal karena adanya intimidasi atau ancaman mutasi.

"Ada oknum yang memegang kekuasaan tidak memikirkan bagaimana kelangsungan kehidupan masyarakat kedepannya yang lebih terarah dan lebih modern," katanya.

Ali merasa geram terhadap oknum yang memegang kekuasaan, tidak berfikir bagaimana caranya mensejeterahkan masyarakat, tetapi hanya memikirkan bagaimana bisa melanggengkan kekuasaannya.

Hal itu terbukti dengan banyaknya bantuan yang disalahgunakan peruntukannya.

Ada pihak yang seharusnya berhak mendapatkan malah tidak dapat.

"Seharusnya politik itu adalah seni dan indah. Tapi anehnya diciptakan menjadi menakutkan. Dibuat rusak oleh oknum dan memanfaatkan kekuasaan," tuturnya.

Menurutnya banyak yang perlu diperbaiki di Selayar seperti masyarakat yang selalu takut dengan kekuasaan pemerintah dalam hal misalnya pegawai, kepala desa, tenaga kontrak, honorer dll.

Jika ingin ada kemajuan maka tempatkanlah orang yang sesuai pada keahliannya masing-masing, jangan pernah ditekan.

Kata dia, prinsip -prinsip keadilan harus hadir di sana dan itu adalah hak dan kewenangan dari pemimpin yang berkuasa.

Ia menambahkan,  ada banyak orang pintar di Selayar tetapi tidak mau ambil risiko.

Ada banyak yang tahu masalah di Selayar tetapi tidak ada yang mau bertindak jadi masyarakat itu cenderung apatis.

"Mereka mengetahui masalah sebenarnya tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal mereka mampu," katanya.

Ia berharap mudah-mudahan bisa lolos masuk legislatif sebagai langkah awal berbakti sebagai putra daerah.

"Untuk selanjutnya kita liat kondisi dulu, intinya perjuangan untuk kebaikan tidak boleh berhenti," katanya. (*)

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved