15 Ribu Mahasiswa Unhas Segera Gunakan Smart Card
Unhas menjadi satu dari empat perguruan tinggi yang terlibat dalam penelitian kartu pintar tersebut.
Penulis: Munawwarah Ahmad | Editor: Hasriyani Latif
Hotmatua Daulay mengatakan, sejak dulu pemerintah telah memberikan perhatian kepada perkembangan teknologi. Pada tahun 1960-an, misalnya, Presiden Sukarno telah mendirikan Badan Tenaga Atom Nasional (Batam). Bapak bangsa tersebut juga membuat Lembaga Antariksa dan Pengembangan Nasional (Lapang).
“Itu tujuannya apa? Agar kita semua bisa membangun dan menguasai dunia,” katanya.
Daulay menyatakan, Indonesia bisa menghasilkan produk-produk berteknologi tinggi dengan syarat berbagai stakeholder, khususnya perguruan tinggi, industri, dan pemerintah meningkatkan kerja sama dan sinerginya untuk mengembangkan produk-produk yang bernilai tinggi.
Konsorsium Smart Card Indonesia yang telah digagas perguruan tinggi, kementerian, dan industri tersebut menjadi contoh sinergi bangsa dalam mengembangkan produk teknologi. Di perguruan tinggi, kata Daulay, para dosen dari berbagai fakultas bisa lebih meningkatkan sinerginya untuk menghasilkan karya yang lebih baik.
“Smart card ini baru satu hasil. Sebenarnya kita bisa lebih menghasilkan karya lebih banyak lagi. Asal SDM-SDM kita bisa bersinergi dalam satu produk," katanya.
"Jadi bukan hanya sekedar menghasilkan angka-angka kredit dalam sisi jurnal, tetapi bagaimana bisa mengakumulasikan kemampuan yang kita miliki untuk pengembangan prodauk-produk tertentu,“ lanjut direktur Riset, Pengembangan Teknologi dan Industri tersebut.
Dalam kegiatan peluncuran kartu pintar ini, Rektor Unhas secara simbolis menyerahkan kartu cerdas tersebut kepada sejumlah wakil mahasiswa dari beberapa fakultas yang menandakan smart card sudah siap diserahkan kepada mahasiswa.
Prof Dwia dan Hotmatua Daulay langsung menguji coba kartu pintar tersebut di mesin card reader yang telah disiapkan untuk menunjukkan penggunaan kartu itu pada peserta acara yang hadir.(*)