Mahfud Ungkap Kebaikan Jokowi, Orang yang Awalnya Tersangka Langsung Bebas & Dapat Penghargaan
Mahfud MD blak-blakan di Indonesia Lawyer Club (ILC) Selasa malam (14/8/2018).
TRIBUN-TIMUR.COM - Mahfud MD blak-blakan di Indonesia Lawyer Club (ILC) Selasa malam (14/8/2018).
Mahfud menceritakan drama gagalnya dia menjadi cawapres Jokowi.
Namun selain itu, Mahfud juga membongkar sosok Jokowi yang sebenarnya.
"Semua lawan politik cari titik lemah korupsinya Jokowi, kalau ketemu sudah kena tuh, keluarga enggak ikut-ikut, anaknya juga enggak," kata Mahfud MD.
Menurut Mahfud MD Jokowi adalah orang yang berkepribadian baik.
Hal tersebut dibuktikan kala Mahfud MD diminta ikut berdiskusi soal polemik revisi UU MD3.
Kemudian Mahfud MD mengusulkan kepada Jokowi untuk melobi ketua partai dan DPR RI agar memilih jalan alternatif yang sudah mereka susun sebelumnya.
"Saya jalan berdua dengan Presiden saya bisik presiden, untuk selesaikan kemelut ini gampang bapak loby saja ketua partai dan DPR agar mengambil jalan keluar seperti itu, 'Pak Mahfud untuk apa loby itu kan sudah benar hukumnya, untuk apa saya loby? biar DPR protes saya jalan saya,' itu saya katakan berani Pak Jokowi," terang dia sembari menirukan gaya bicara Jokowi.
Hal lain yang membuat Mahfud MD menilai Jokowi merupakan sosok baik ialah soal kejadian seorang pengendara yang membela diri hingga menewaskan pelaku begal di Bekasi.
Pada kasus ini, pengendara bernama Ifan tersebut ditetapkan menjadi tersangka karena membela diri hingga mengakibatkan pelaku begalnya tewas.
"Ini ndak benar menurut kitab hukum pidana orang bela diri, pak presiden betul pak ada Undang-undangnya ? biasanya ndak baca saya dengar biasanya saya tangani saya catat. besoknya anak ini tidak menjadi tersangka dan diberi penghargaan, presiden responsif, ga ada sejarahnya di Indonesia orang sudah tersangka kemudian dilepas dan diberi penghargaan," kata Mahfud MD yang kemudian pamit pulang dari acara ILC.
Mahfud: Saya Masih bersama pak Jokowi
Batal menjadi calon wakil presiden, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD sempat dikabarkan akan menjadi tim sukses pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin di Pillpres 2019.
Dalam diksusi Indonesia Lawyer's Club (ILC) yang ditayangkan di TV One pada Selasa (14/8/2018) malam, Mahfud MD pun ditanya soal kesediaannya menjadi timses Jokowi-Ma'ruf Amin oleh sang pemandu acara, Karni Ilyas.
Namun, ia hanya menjawab dirinya kini bersama Jokowi dalam urusan kenegaraan, bukan sebagai tim politiknya.
"Sampai sekarang saya bersama Pak Jokowi. Pak Jokowi itu punya dua fungsi. Satu dalam fungsi kenegaraan, dia presiden. (Dua) dalam politiknya, dia calon presiden," ujar Mahfud MD.
"Saya sama Pak Jokowi, sekurang-kurangnya ini saya di kenegaraan, di BPIP," imbuh dia.
Akhirnya ia pun menjelaskan mengapa dirinya kerap memilih jabatan ketika dihujani tawaran dari tim Jokowi.
"Ada orang mengatakan Pak Mahfud itu selepas dari Prabowo terbuang'. Ndak juga. Saya ditawari jabatan menteri sejak awal, di dalam kabinet ini (Jokowi)," ujar Mahfud MD," ungkapnya.
Sejak tahun 2015 lalu, ia mengaku sudah mendapat tawaran dari Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan.
"Tepatnya pada saat bulan Mei tahun 2018. Saya diberi tahu Pak Luhut, 'Pak Mahfud, pemerintah perlu bantuan untuk Menkopolhukam' (saya bilang) 'kenapa pak? Kan ada Pak Tejo?' (dia bilang) 'mau ada reshuffle'," jarnya menirukan percakapannya dengan Luhut.
"(Luhut bilang) 'calonnya ada dua sekarang. Satu, Jenderal Fachrurrozy, dua Pak Mahfud MD. Ini Pak Jokowi sangat menghargai profesionalitas Pak Mahfud di sini. Pak Mahfud mau nggak ke sana?'," tanya Luhut kepada Mahfud saat itu.
Tak dipungkiri, ia senang mendapat tawaran tersebut.
Namun, lanjutnya, dengan etika politik yang dipegangnya, ia tak mau masuk begitu saja di kabinet Jokowi.
"(saya bilang) waduh, senang sekali saya ditawari jabatan itu. Tapi pak, saya kan punya etika politik. Tahun 2014 saya mendukung Prabowo. Masa saya mau masuk kabinetnya Pak Jokowi? Kan nanti saya diketawai orang," ujarnya menirukan ucapannya ke Luhut.
Lebih lanjut, ia merasa tidak enak lantaran tidak ikut menjadi tim yang 'berkeringat' pada saat Jokowi menjadi capres pada tahun 2014 lalu.
"Dan yang 'berkeringat' untuk Pak Jokowi kan banyak. Tapi saya kalau mau diangkat ya oke. Cuma ingat, banyak loh yang ingin jadi Menko itu, saya bilang." ucapnya.
Tawaran tak berhenti sampai di situ. Pada saat acara pernikahan anak Jokowi, Luhut dan Mahfud bertemu dan membicarakannya kembali.
Bahkan pada saat itu, Jokowi sudah mau menerima Mahfud MD masuk ke kabinetnya.
"Waktu Pak Jokowi mantu, Pak Luhut isyarat, 'Pak Mahfud, pemerintah menghargai Anda, Pak Jokowi juga menyenangi Anda. Masuk ke kabinet'. Dia sudah begini (simbol oke)," ujarnya menirukan ucapan Luhut.
Namun lagi-lagi ia menolaknya dengan alasan etika politik yang dipegangnya.
"Saya punya etika politik. Saya akan bantu pemerintah ini, tapi tidak dalam posisi kabinet. Karena saya tidak 'berkeringat'. Saya 'berkeringat' dulu dong, baru bergabung," ujarnya.
"Tahun 2019 saya bisa 'berkeringat, kalau sekarang nggak," sambungnya.
Bertahun-tahun berlalu, tercatat ia ditawari berbagai jabatan mulai dari komisaris hingga Jaksa Agung.
Pada saat tawaran Jaksa Agung diajukan, yang turun tangan tak hanya Luhut.
"Kalau itu bukan hanya Pak Luhut. Timnya Pak Pratikno juga datang," jelasnya.
Setelah menolak lagi, akhirnya Mahfud MD menerima tawaran di posisi BPIP.
Akhirnya ia menjelaskan bahwa dirinya sampai saat ini hanya menjadi tim yang membantu pemerintahannya. Bukan terjun ke tim politiknya untuk pencapresan.
"Sehingga kalau ditanya, saya ikut Pak Jokowi? Dalam masalah kenegaraan (iya), dalam masalah politik, itu ada timnya sendiri," tegasnya.
Ia juga membeberkan pertimbangannya mengapa menolak menjadi tim politik.
"Kalau saya ikut yang di politik, tentu yang di BPIP ini saya harus mundur. Kan harus netral di BPIP, karena ini ideologi. Sehingga saya di sini saja. Membantu Pak Jokowi juga, di dalam pemerintahannya, bukan di dalam politik pilpresnya," tandasnya.