Diprotes Warga, Penambang di Kawasan Geopark Maros Singkirkan Alat Berat
Tambang tersebut juga tiba-tiba beroperasi, tanpa pemberitahuan kepada warga sekitar.
Penulis: Ansar | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Perusahaan tambang galian C, UD Lima Putra Pratama sudah berhenti beroperasi di kawasan Geopark Maros-Pangkep, Lingkungan Panaikang, Kelurahan Leang-leang, Bantimurung, Minggu (20/7/2018).
Tambang sertu yang berada di atas gunung tersebut berhenti, setelah 12 Kepala Keluarga memprotes dan telah menyeruduk kantor Lurah.
Seorang warga, Alamsyah mengatakan, jika pemilik tambang telah menarik semua alat beratnya dari lokasi penambangan.
Saat ini, tidak ada lagi aksi penambangan perusahaan yang dibekengi oknum anggota TNI AD, Serda AK.
"Alhamdulillah, pengusaha AK sudah angkat alat-alatanya dari lokasi tambang. Terima kasih kepada semua pihak yang berkenang membantu warga," katanya.
Seorang narsumber tribunmaros.com yang meminta namanya dirahasiakan mengatakan, sebelum menarik alat beratnya, pihak penambang telah datang ke lokasi dan marah-marah kepada warga.
Meski begitu, warga tetap ngotot menolak tambang. Saat itu, AK datang bersama pemilik pemilik perusahaan Hj Rosniati.
Serda AK mengenakan jaket kulit hitam, kemeja cokelat dan celana jeans warna biru. Sementara Rismiati mengenakan gamis dan hijab warga putih kekuning-kuningan.
Sebelum UD Lima Putra Pratama menarik alat beratnya, warga juga sudah seruduk kantor Lurah. Hanya saja, Lurah Leang-leang, Burhan tidak merespon.
Padahal warga sudah rugi puluhan juta akibat tambang tersebut. Sawah warga sudah jadi sungai akibat abrasi. Begitu juga dengan kebun yang ditanami sayur-sayuran.
"Sudah ada sepetak sawah saya jadi sungai akibat penambang itu. Tidak bisa ditanami pada. Kebun juga tidak mau berhenti longsor. Kami sangat rugi adanya tambang itu," kata Sahaka, warga lainnya.
Menurutnya, tambang yang baru beroperasi selama tiga bulan terakhir tersebut, sudah membawa dampak buruk. Jika terus dibiarkan, maka semua sawah dan kebun warga, akan rusak.
Warga meminta kepada pemerintah supaya segera mencabut ijin tambang perusahaan tersebut, sebelum kembali lagi beroperasi.
"Sebenarnya itu perusahaan mulai beroperasi sejak 2017 lalu. Tapi awalnya tambangnya di bagian bawah. Setelah galiannya habis, tambang itu naik ke bagian atas. Itulah yang paling merusak," katanya.