OPINI
Mayjen TNI Agus SB: Terima Kasih Masyarakat Sulawesi dan Prajurit Sultan Hasanuddin
Suami artis Bella Saphira resmi meninggalkan jabatan Pangdam XIV Hasanuddin setelah sertijab dilaksanakan di Jakarta siang tadi.
Oleh: Mayjen TNI Agus Surya Bakti
SAYA akan meninggalkan jabatan sebagai Pangdam XIV/Hasanuddin secara resmi pada Senin (23/7) hari ini. Saya akan digantikan Mayjen TNI Surawahadi yang sebelumnya menjabat Danpussenif Kodiklatad.
Saya mendapat promosi mengisi jabatan baru sebagai Asintel Panglima TNI. Hal ini sesuai pola pembinaan karier di TNI. Itu berarti kini waktunya saya pamit kepada masyarakat Sulawesi dan prajurit Sultan Hasanuddin.
Banyak pengalaman berharga selama menjabat di Kodam VII/Wirabuana yang pada akhir 2016 lalu secara resmi menggunakan kembali nama Kodam XIV/Hasanuddin.
Pengembalian nama Kodam XIV/Hasanuddin (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara) pada 12 April 2017 dan pengaktifan kembali Kodam XIII/Merdeka (Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo) pada 20 Desember 2016, membantu mengefektifkan pelaksanaan tugas dan rantai komando TNI di Sulawesi.
Mengingat saat itu luasnya cakupan wilayah Kodam VII/Wirabuana, dengan kompleksitas masalah sosial yang dihadapi.
Penggunaan nama Kodam XIV/Hasanuddin juga menjadi semangat tersendiri bagi seluruh prajurit dan masyarakat Sulawesi Selatan, mengingat Sultan Hasanuddin merupakan salah satu pahlawan kebanggaan Sulawesi Selatan.
Kembalinya nama Hasanuddin pada Kodam, menjadikan Kodam lebih dekat dengan masyarakat dan sangat membantu saya dan seluruh prajurit dalam mengemban amanah dua tahun terakhir ini.
Selama hampir tiga tahun mengemban amanah sebagai Pangdam, wilayah Sulawesi telah menjadi tempat yang hangat bagi saya, sekaligus telah mengubah rasa was-was saya sebelumnya saat pertama kali akan ditempatkan di Makassar.

Awalnya, melalui pemberitaan, Makassar seringkali dicitrakan sebagai wilayah yang keras dan dinamikanya cukup tinggi.
Belum lagi pada waktu itu di Sulawesi Tengah, kasus terorisme yang dipimpin Santoso menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Pada saat ditugaskan di Makassar, saya belum mengenal betul karakteristik masyarakat Sulawesi.
Setelah membaca berbagai literatur tentang masyarakat dan budaya Sulawesi serta dengan berbekal pengalaman, saya berupaya memberikan pengabdian dan bakti terbaik saya untuk bangsa dan negara di tanah Sulawesi.
Di penghujung tahun 2015, kami dihadapkan pada maraknya aksi unjuk rasa dan kejahatan jalanan di wilayah Makassar, tapi berkat tindakan tegas dan terukur, prajurit TNI yang tangguh, serta sinergitas dengan aparat kepolisian, ancaman keamanan yang meresahkan masyarakat tersebut dapat diminimalisir.
Memasuki tahun 2016, saya dihadapkan pada tantangan menuntaskan agresifitas kelompok Santoso di Poso.
Sebagai imbangan Operasi Tinombala yang telah lebih dulu digelar, saya mengusulkan dan memimpin Operasi Teritorial di Poso untuk memutus rantai dan hubungan kelompok teroris dengan para simpatisannya.
Baca juga: Opini M Aliem: Susu Kental Manis (SKM) vs Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)