Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kabel Listrik di Sampakang Hanya Digantung di Ranting Pohon, Begini Reaksi Manajer PLN Maros

Latif segera turun langsung ke lapangan untuk memantau kondisi kabel listrik yang tidak difasilitasi tiang dan bertegangan rendah.

Penulis: Ansar | Editor: Mahyuddin
TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe

TRIBUN TIMUR.COM, MAROS - Manajer PLN Rayon Maros, Latif Prasetyo berjanji segera menindaklanjuti adanya keluhan warga Dusun Sampakang, Desa Sambueja, Kecamatan Simbang, terkait buruknya jaringan listrik.

Latif segera turun langsung ke lapangan untuk memantau kondisi kabel listrik yang tidak difasilitasi tiang dan bertegangan rendah.

"Terima kasih atas informasinya. Kami segera tindaklanjuti keluhan warga jika ada yang masuk," kata Latif, Senin (18/6/2018).

Dia akan berupaya memasang tiang listrik dan memaksimalkan voltase yang rendah. Voltase rendah merusak barang elektronik.

Baca: Warga Sampakang Maros Keluhkan Rendahnya Voltase Listrik, Begini Curhatnya

Dia berharap, warga yang mendapatkan masalah jaringan, supaya segera melapor ke PLN, sebelum ada yang merasa dirugikan.

Selelumnya, seorang warga Sampakang, Habibah mengeluhkan buruknya pelayanan listrik dari PLN Rayon Maros.

Pasalnya, voltase listrik juga sangat rendah. Hal tersebut membuat 79 Kepala Keluarga (KK) kerap mengalami kerusakan elektronik.

"Sudah lama kondisi listrik di kampung kami tidak maksimal. Tegangan tidak maksimal, makanya elektronik warga sering rusak," kata Habibah.

Untuk menyisiati rendahnya tegangan, warga berlomba untuk menyalakan lampu jelang malam. Jika terlambat, maka cahaya lampu akan redup hingga pagi.

Baca: Listrik di Sampakang Maros Tak Difasilitasi Tiang, Kabel Menjalar di atas Tanah

Selain lampu, televisi, kulkas dan pemasak nasi warga, tidak akan menyala. Jika elektronik menyala, meteran akan mati. Warga harus mencacut colokan eletroniknya di kabel, supaya lampu bisa menyala.

"Kami harus berlomba untuk menyalakan lampu. Kalau terlambat, lampu akan redup. Alat elektronik kami sudah rusak, seperti televisi, dan kulkas," katanya.

Hampir setiap bulan, warga harus membeli dan mengganti balon lampu di rumahnya. Pasalnya, beban puncak tegangan listrik hanya 157 volt.

Pada saat membayar, tagihan yang dikenakan PLN selalu dikalikan 220 volt. Padahal pemaikaian warga hanya 150 volt.

Untuk memastikan pemakaian listrik per bulannya, warga telah mengukur meteran rumahnya dengan menggunakan alat pengukur tegangan.

"Selama ini kami selalu membayar tagian 220 volt. Tapi sebenarnya pemaikaian kami tidak begitu. Sudah lampu redup, kami harus bayar mahal lagi," katanya.

Selain itu, warga juga mengeluhkan sejumlah kabel yang terpasang tidak disertai dengan tiang listrik.

Kabel tersebut hanya terpasang di ranting pohon dan bagiannya juga sudah sampai ke tanah.

Selain di ranting, bagian kabel juga terpasang di bambu dan tiang dari kayu. Hal tersebut mengamcam keselamatan warga yang melintas.

Pasalnya, kabel listrik tersebut bisa saja menyegat warga hingga tewas. Jika warga tidak berhati-hati, maka sangat berpotensi kesetrum listrik.

Baca: VIDEO: Membahayakan, Begini Kabel Listrik Tanpa Tiang di Sampakang Maros

"Banyak masalah listrik di kampung kami. Jaringan listrik yang ada hanya ditopang dengan bambu dan ranting pohon. Itupun warga yang berusaha menopang kabel," katanya.

Sejumlah warga yang ingin ke kebun dan sawahnya harus ekstra hati-hati. Pasalnya, kabel tersebut melintas di kebun dan sawah.

Jika kabel bersentuhan dengan air, maka warga yang berada di sawah akan kesetrum.

"Banyak warga yang sering melintas di sekitar kabel. Bagaimana kalau ada yang kesetrum, siapa yang akan bertanggungjawab," ujarnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved