Harta Tak Dibawa saat Mati, Miliuner Ali Banat Sumbangkan Seluruh Kekayaannya untuk Orang Miskin
Langkah ini dilakukan Banat sebelum meninggal dunia pada 29 Mei 2018, tiga tahun setelah didiagnosis mengidap kanker stadium empat.
"Ketika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa Anda sakit dan hanya punya waktu beberapa bulan untuk bertahan, mengejar kesenangan dunia akan menjadi prioritas yang paling akhir," jelas Banat.
Ia mengatakan harta dunia tak akan bermanfaat secara pribadi bagi seseorang yang divonis mati dalam beberapa bulan.
"Bagi saya lebih utama membuat seorang anak di Afrika tersenyum bahagia daripada memiliki mobil mewah seharga miliaran," katanya.
Setelah mengadakan perjalanan ke Afrika, Banat mendirikan yayasan sosial dengan tujuan mendirikan masjid, madrasah dan membantu para janda di benua tersebut.
Keputusan mendirikan yayasan juga dipicu ketika ia mengantarkan kawan yang meninggal dunia karena kanker.
Saat di pemakaman ia sadar bahwa setelah seseorang meninggal dunia, tak ada yang mendampingi di alam kubur.
"Bahkan uang yang Anda punya, itu tidak akan Anda bawa," kata Banat.
Ia mengatakan satu-satunya yang akan dibawa adalah amal kebaikan selama di dunia.
Ingin segera bertemu Tuhan
Dalam wawancara dengan kanal YouTube One Path, Banat menuturkan ia sudah ingin bertemu dengan Allah.
Pengalaman spiritual ini berawal ketika ia meminum obat untuk meringankan sakit dan ternyata sedikit melebihi dosis.
Ia mengaku berada di alam lain dan melihat pemandangan yang sangat indah.
Dalam kondisi kritis tersebut ia dikelilingi seluruh anggota keluarga dan mereka mengatakan bahwa tiba-tiba saja ia mengeluarkan kalimat, "Allah, ambil aku sekarang."
Banat bisa melewati masa kritis ini namun ia mengaku kecewa.
"Saya bangun keesokan harinya dan menyadari ternyata Allah tak mengambil saya. Saya menjadi sedih."
Lembaga sosial yang ia dirikan sekarang menggalang dana melalui internet dan hingga hari Kamis (7/6/2018) telah terkumpul dana lebih dari US$1,6 juta atau sekitar Rp22 miliar.
Dana yang dikumpulkan antara lain akan dipakai untuk membangun fasilitas pendidikan dan membantu warga miskin di sejumlah negara di Afrika, termasuk Togo, Burkina Faso, dan Ghana.(*)