Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tidak Salat Malam dan Tidak Itikaf, Tidak Dapat Lailatul Qadar? Tunggu Dulu, Ini Penjelasannya

Alhamdulillah, kita memasuki hari 18 bulan Ramadan 1439 Hijriyah atau Minggu (5/7/2015).

Editor: Ardy Muchlis
Malam Lailatul Qadar 

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM- Alhamdulillah, kita memasuki hari 18 bulan Ramadan 1439 Hijriyah atau Minggu (5/7/2015).

Apakah Anda mulai i’tikaf di masjid untuk mencari keutamaan lailatu qadar?. Bagaimana yang tidak i'tikaf, otomatis tidak bisa mendapatkan lailatul qadar?

Perlu dipahami, para ulama salaf berpendapat bahwa keutamaan lailatul qadar itu akan diperoleh oleh setiap muslim yang diterimanya amalnya di malam tersebut.

Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathoif Al Ma’arif (hal. 341) membawakan hadits dalam musnad Imam Ahma, sunan An Nasai, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

“Di dalam bulan Ramadhan itu terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak mendapati malam tersebut, maka ia akan diharamkan mendapatkan kebaikan.” (HR. An Nasai no. 2106, shahih)

Bahkan sampai musafir dan wanita haidh pun bisa mendapatkan malam lailatul qadar.

Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak,

“Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?”

Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.” (Lathoif Al Ma’arif, hal. 341)

Ibnu Rajab menasihatkan, “Wahai saudaraku … Yang terpenting bagaimana membuat amalan itu diterima, bukan kita bergantung pada kerja keras kita.

Yang jadi patokan adalah pada baiknya hati, bukan usaha keras badan.

Betapa banyak orang yang begadang untuk shalat malam, namun tak mendapatkan rahmat.

Bahkan mungkin orang yang tidur yang mendapatkan rahmat tersebut. Orang yang tertidur hatinya dalam keadaan hidup karena berdzikir pada Allah.

Sedangkan orang yang begadang shalat malam, hatinya yang malah dalam keadaan fajir (berbuat maksiat pada Allah).”

Anugerah Allah itu begitu besar. Karunia tersebut tidak terbatas pada segelintir orang.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved