Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilgub Sulsel 2018

Jayadi Nas: Ini Bukti Survei JSI ‘Jekkong’

Di sisi lain, JSI juga tidak menjelaskan apa alasan rasional sehingga elektabilitas IYL-Cakka melonjak dibandingkan survei terdahulu.

Penulis: Abdul Azis | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN TIMUR/ABDUL AZIS
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Jayadi Nas 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengamat politik Universitas Hasanuddin Jayadi Nas menilai survei Jaringan Suara Indonesia (JSI) seputar Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel sebagai sebuah blunder. Bukannya berhasil meyakinkan publik, lembaga tersebut dianggap malah memperlihatkan kebobrokannya.

JSI diketahui sebagai konsultan politik IYL-Cakka. Itu diungkapkan salah satu tim pemenangan mereka, Ian Latanro pada tahun 2017 lalu. Hasil survei teranyar kemudian memperlihatkan posisi mereka yang lebih condong sebagai konsultan dibanding lembaga riset publik.

“Sebuah riset soal partisipasi publik seharusnya dilakukan dengan objektif dan profesional, terlepas mereka juga bekerja sebagai konsultan politik,” kata Jayadi Nas, Selasa (29/5/2018) kemarin.

Pada tingkat elektabilitas kandidat Pilgub Sulsel, JSI menempatkan pasangan Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar di peringkat pertama dengan 29,8% suara responden. Berbeda dengan riset dua lembaga independen sebelumnya, saat IYL-Cakka selalu berada di peringkat ketiga.

Hal ini, menurut Jayadi di luar kelaziman. Di sisi lain, JSI juga tidak menjelaskan apa alasan rasional sehingga elektabilitas IYL-Cakka melonjak dibandingkan survei terdahulu.

“JSI mengungkap bobroknya sendiri, karena terang-terangan berupaya mengarahkan opini melalui hasil survei. Seharusnya mereka bisa memisahkan diri, sebagai konsultan konsultan politik dengan lembaga survei publik,” ucap Jayadi via rilis, Rabu (30/5/2018).

Jayadi menilai, ada bukti lain mengapa survei JSI cenderung melenceng dari kelaziman atau ‘jekkong’. Dia mencontohkan pada kuisioner untuk responden, terdapat sejumlah pertanyaan yang cenderung menjelek-jelekkan kandidat pesaing IYL-Cakka.

Salah satunya, kata Jayadi, ada pertanyaan soal korupsi. Ini diyakini sebagai upaya untuk menggiring opini publik soal masa lalu salah satu kandidat yang pernah terjerat kasus hukum.

“Bisa dibayangkan, ada titipan pertanyaan yang berupaya mengarahkan masyarakat untuk menilai negatif pasangan lain. Di sisi lain, mereka juga mengarahkan pertanyaan untuk mendongkrak kesukaan terhadap kliennya,” ujar Jayadi.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved