Keberagaman di Keluarga Sajid Javid; Dirinya Muslim, Istri dan 4 Anaknya Aktif ke Gereja
Peta politik konservatif Inggris Raya, bergerak ke arah yang lebih liberal dan terbuka. Untuk pertama kalinya
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Edi Sumardi
Laporan Wartawan Tribun Timur, Thamzil Thahir
LONDON, TRIBUN-TIMUR.COM – Peta politik konservatif Inggris Raya, bergerak ke arah yang lebih liberal dan terbuka.
Untuk pertama kalinya, setelah 236 tahun, jabatan Secretary of State for the Home Department (Sekretaris Menteri Dalam Negeri) di Downing Street, kantor Perdana Menteri United Kingdom (UK), dijabat imigran asal Asia, Sajid Javid (48).
Sajid sebelumnya menjabat Sekretaris PM Urusan Perumahan, Komunitas, dan Pemerintahan Lokal. Dia didaulat menggantikan Amber Rudd (55), yang mundur akhir pekan lalu, karena skandal imigran ‘Windrush’.
Senin (30/4/2018) pagi, melalui akun resmi kantor Perdana Menteri Inggris @10DowningStreet, mengumumkan penunjukan Sajid ini.
Konstitusi Inggris menyebutkan, Sajid akan menjadi orang yang paling didengar Perdana Menteri Theresa Mary May (62).
Jabatan baru Sajid, membuka peluang imigran Asia-Inggris, untuk dipilih menjadi Perdana Menteri Inggris.
Sekadar diketahui, sebelum dijabat Amber dan Sajid, Thersia May menjabat posisi ini selama 6 tahun (2010-2016), untuk melayani PM David Cameron, yang juga dari Partai Konservatif.
Tujuh tahun terakhir, Downing Street 10, memang dikuasai politisi konservatif.
Sekitar 13 tahun sebelumnya, Downing Street dikuasai politisi partai Buruh.
Sajid adalah politisi termuda yang menduduki jabatan ini, yang secara ‘tradisional’ selalu dijabat kulit putih asli Inggris.
Analis politik London, menyebut, posisi yang mengurusi imigrasi dan anggaran pembangunan ini sengaja diisi imigran dari politisi konservatif yang imigran, untuk 2 alasan strategis.
Pertama, untuk menepis mundurnya Amber karena isu dan skandal Windrush Imigran dan Brexit.
Alasan kedua, sekaligus mengimbangi popularitas Sadiq Khan, Wali Kota London, yang jadi ‘idola baru sekaligus kontroversi baru di London, yang merupakan politisi Partai Buruh.
Posisi baru ini mengagetkan, media Inggris dan partai oposisi utama di UK, Partai Buruh.