Pecat Staf Tanpa SP, Begini Pembelaan WR II Umma Maros
Isdin mengaku telah memecat beberapa staf lainnya karena melakukan pelanggaran.
Penulis: Ansar | Editor: Suryana Anas
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Wakil Rektor II Universitas Muslim Maros (Umma), Isdin Idrus menanggapi pemecatan terhadap staf Fakultas Ekonomi, Sucipto oleh pimpinan tanpa pemberitahuan melalui surat, Selasa (10/4/2018).
Isdin menyampaikan, Cipto dipecat dengan berbagai pertimbangan. Pemecatan yang berlaku di Umma, tidak mesti melalui SP 1 sampai 3.
Hal itu dikatakannya, saat Cipto bersama mertuanya, Nurjannah datang ke kampus Umma jalan Ratulangi, Kelurahan Allepolea, Lau untuk mengamuk. Dia protes pemecatan tanpa SP tersebut.
Jika ada staf yang bermasalah, maka sanksinya langsung pemecatan. Prosedur pemecatan Umma dengan kampus lain, berbeda. Peringatan hanya dilakukan secara lisan tanpa dibarengi dalam bentuk surat.
"Banyak pertimbangan (pemecatan), sekecil apapun bidang organisasi, pasti ada aturannya. Pelangaran Cipto sangat fatal," katanya.
Selain selalu, kata dia, tidak berada di tempat atau ruang kerjanya, Cipto juga melakukan pemalsuan traskrip nilai mahasiswa. Cipto mengubah nilai mahasiswa menjadi lebih baik.
Cipto merubah nilai untuk mahasiswa yang sementara mengurus beasiswa. Tindakan pemalsuan nilai tersebut dinilai sangat fatal dan mencoreng nama baik Umma.
"Pelanggarannya, Cipto tidak selalu berada di tempat saat jam kerja. Padahal ada yang mau dikerja. Tapi paling fatal, saat merubah transkrip nilai untuk mahasiswa yang mengurus beasiswa," katanya.
Pasca perubahan transkrip tersebut, mahasiswa lainnya, menilai sangat mudah mudah untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Cukup, hanya menghubungi staf.
"Jadi mahasiswa kami yang lain, berpendapat seperti itu (bisa rubah nilai). Kabar itu sudah beredar. Makanya, tidak perlu ada surat peringatan, kalau sudah fatal," ujarnya.
Cipto juga ketahuan memiliki bisnis rental mobil. Hal tersebut membuat Cipto tidak fokus menjalankan tuganya dengan baik. Akibatnya, pekerjaannya selalu menumpuk.
Isdin mengaku telah memecat beberapa staf lainnya karena melakukan pelanggaran. Satu diantaranya merupakan staf perpustakaan.
"Kami tidak berikan gaji bagi orang yang tidak kerja. Kalau terus dipekerjakan pasti akan berdampak," katanya. (*)
