Begini Aktivis 'Jaman Now' di Mata Dosen Komunikasi Politik UIN Alauddin
LAPAR menggelar diskusi dan sosialisasi pilkada serentak bertema Anak Muda dan Pilkada, Mengapa Harus Berperan di Kantor Tribun
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Suryana Anas
Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) menggelar diskusi dan sosialisasi pilkada serentak bertema Anak Muda dan Pilkada, Mengapa Harus Berperan, di kantor Tribun Timur, Jumat (23/3/2018).
Hadir sebagai pembicara, Dosen Komunikasi Politik UIN Firdaus Muhammad, pengamat demokrasi Sulsel Abdul Karim, dan Manajer Produksi Tribun Timur, AS Kambie.
Firdaus Muhammad mengawali pembicaraannya dengan menyebut kondisi demokrasi saat ini dipertontonkan para aktifvis yang kini menjadi anggota parlemen, cenderung semu.
"Apa yang dipertontonkan hari ini cenderung semu, artinya ada ekpektasi tinggi kita pada para aktifis di parlemen sana. Harapan kita mereka konsisten dengan apa yang mereka perjuangkan tetap rohnya sama, tapi kenyataannya kan tidak," kata dia.
"Setiap hari kita dipertontonkan OTT. Di sinilah persoalan demokrasi yang perlu dievaluasi untuk perkuatan ke depan. Yang punya kompetisi untuk itu adalah pemuda," tambahnya.
Ia mengatakan, dengan melihat kondisi pemuda dan aktifis saat ini, ia mengaku pesimistis. Menurutnya, jika generasi saat ini kelak menjadi anggota parlemen, maka dikhawatirkan akan menurun kulaitasnya.
"Jika melihat produk-produk yang ada sekarang, kita pesimis ke depan. Para aktifis muda yang terjun ke dunia politik saat ini, dan ketika anak muda sekarang pada waktunya nanti terjun ke dunia parlemen, yang prosesnya tidak sama dengan aktifis dahulu, itu bisa menurun kualitasnya," ucapnya.
Lanjut Firdaus, anak muda saat ini tidak suka politik. Belum lagi para aktifis "jaman now" yang pergerakannya berbeda dari aktifis dahulu.
"Kalau seperti itu siapa nanti yang akan mengisi parlemen. Mungkin memang aktifis kampus, tapi bisa kita anggap aktifis jaman now. Dulu aktifis tidak terlalu dekat dengan rektor maupun pejabat, sekarang aktifis kita selain akrab dengan rektor juga akrab dengan anggota dewan, calon wali kota," tuturnya.
"Sehingga biasanya ada anggota dewan yang tiba-tiba bisa kumpul mahasiswa. Mereka mungkin nantinya juga bisa digaet oleh politisi tapi dengan polanya politisi jaman sekarang, itu mengkhawatirkan," tegasnya.
Ia berharap, demokrasi dan politik saat ini bisa diperkuat melalui lembaga pendidikan. "Kita bisa anggap saar ink kampus gagal, tapi kita tidak generalisir," tandasnya. (*)