Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

7 Fakta Tentang Abu Hamzah, Ke 1, 2 & 4 Menyedihkan dan Lucu, yang 9 Mencengangkan

Ayahnya meninggal dunia ketika usia Hamzah masih 9 tahun. Ia pun dibesarkan oleh saudara ayahnya.

Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: AS Kambie
TRIBUN TIMUR/MUHAMMAD ABDIWAN
Bos AbuTours, Muhammad Hamzah 

“Insyallah, kita aman-aman saja. Kami tetap akan memberangkatkan jamaah sesuai jadwal, “ katanya kepada Tribun, di lantai 3 Silverhawk, kafe miliknya di Jl Mappaoddang, Mamajang, Makassar, Selasa (19/9/2017) malam.

Itulah kali pertama, Hamzah berbicara terbuka kepada media massa, setelah rangkaian verifikasi oleh otoritas haji dan umrah provinsi, Kementerian Agama Wilayah Sulsel (Kemenag) Sulsel, dan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi Sulsel terdiri dari 7 lembaga pemerintah; Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Polda Sulsel, Kejati Sulsel, Dinas Koperasi Sulsel, Dinas Kominfo Sulsel, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah.

Didampingi Manager Distrik Abutours and Travel Wilayah Timur Elan Suherlan, dan sejumlah petinggi kelompok usaha ini, Abu Hamzah beberapa kali menegakskan, akan memberangkatkan jamaah, mulai Oktober 2017.

4. Jadi Tukang Cuci Piring di Pizza
Hamzah mengaku jiwa enterpreneurship dalam dirinya mulai tumbuh setelah menjadi tukang cuci piring di salah satu restoran cepat saji, Pizza Hut, di Mal Panakkukang, Makassar.

"Setahun lebih saya di sana. Kerjaanya jadi tukang cuci piring. Di Pizza saya banyak belajar. Salah satunya sistem dan pengembangan usahanya," kata Hamzah dalam sesi wawancara khusus dengan Tribun Timur tersebut.

5. Jatuh Bangun Jualan Es Teler
Tak dijelaskan tahun berapa Hamzah jadi tukang cuci piring di Pizza. Dia mengaku resign dari Pizza karena ingin mengembangkan diri, apalagi usianya masih muda. Ia ingin berwirausaha sendiri.

"Modal saya dari gaji saat bekerja di Pizza Hut. Saya jualan es teler saat itu. Buat gerobak dan jualan ke sana kemari. Alhamdulillah untungnya bisa buat makan sehari-hari," katanya.

Namun, usahanya berbuah manis, kala Ramadan tiba. Temannya sewaktu kecil, ia panggil dengan nama Aan. Menawarkan tempat untuk dia stay berjaualan.

"Waktu itu Aan menawarkan saya tempat untuk berjualan di Pantai Losari. Saya bilang kan biasa penjual di situ digusurki. Tetapi karena ini semacam bazzar sampai 30 hari makanya saya terimaki," kata Hamzah sapaan kerabatnya.

Sehari, ia bermodalkan Rp 50 ribu bisa untung Rp 250 ribu. Daganganya cepat habis sebelum buka puasa tiba kala Ramadan 2006 silam.

"Hingga 30 hari, untung saya hingga Rp 60 juta. Saya sujud syukur. Allah memberi jalan, Alhamdulillah," ujarnya.

Ia pun memutuskan menikah, dengan teman SMA-nya dulu di SMA Tamalate Jl Tanggul Patompo Makassar.

6. Jual Coto Makassar Hingga ke Yogyakarta
Di puncak bisnis es telernya, Hamzah mencoba bisnis baru. Tahun 2006, uang hasil dagang es teler itu diputarnya kembali. Ia membuka usaha Coto Makassar.

Usaha kuliner Coto Makassar yang dirintisnya awal 2007 di Kota Daeng hanya seumur jagung. Di bulan ketiga, usaha Coto Makassar, modal hasil dagang es teler Rp 60 juta, tutup. Dari Rp 60 juta hasil jual es teler, tersisa Rp 1,3 juta.

"Alhamdulillah tiga bulan buka, usaha saya bangkrut. Hanya menyisahkan Rp 1,3 juta saja. Saya tidak down. Saya berdoa kepada Allah untuk dibukakan pintu rezeki," katanya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved