Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Asrul, Anak Tukang Batu Jadi Polisi Polda Sulsel Pernah Makan Nasi Penuh Kutu

Kepada wartawan, Asrul menceritakan, kepedihan yang sulit dilupakannya adalah makan nasi penuh kutu.

Penulis: Darul Amri Lobubun | Editor: Imam Wahyudi
darul amri/tribun-timur.com
Brigadir Polisi Dua (Bripda) Asrul (20) 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Darul Amri Lobubun

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Asrul (20), anak tukang batu yang resmi jadi polisi setelah mengikuti pendidikan polisi di SPN Batua, Makassar, menyimpan banyak kisah sedih yang telah dijalaninya bersama kedua orangtuanya yang hidup dengan ekonomi kekurangan.

Kepada wartawan, Asrul menceritakan, kepedihan yang sulit dilupakannya adalah makan nasi penuh kutu.

"Kami terpaksa memasak beras yang banyak kutunya," jawab Asrul yang tak mampu membendung airmatanya saat bercerita, saat ditemui di SPN Batua, Kamis (8/3/2018).

Mendengar cerita Asrul, sang ayah, Syamsuar (45), yang mendampingi, ikut menangis.

Keduanya tertunduk, Asrul menggenggam erat tangan Syamsuar.

Menurut Asrul, kondisi seperti membuatnya termotivasi untuk hidup lebih baik.

Sedari kecil, dia bercita-cita suatu saat kelak menjadi manusia yang berguna bagi ibu dan ayahnya.

Niatanya menjadi polisi, mulai muncul saat duduk di bangku SMP di Makassar.

Dia mulai rajin berolahraga bersama sahabatnya yang juga lulus masuk SPN Batua bersamanya.

"Saya dengan sahabat saya (Bripda M. Awalul) itu berlatih sama-sama sejak kami SMP, sekarang alhamdulillah lulus sama-sama di SPN Batua," ujar Asrul.

Asrul dan Awalul berteman sejak SMP, SMA, bahkan sampai tes masuk SPN selalu bersama.

Asrul mengaku, dia dua kali mengikuti tes untuk masuk tentara dua kali, tapi tidak lulus.

Begitu juga tes di SPN Batua satu kali, dan ke dua baru bisa lulus.

"Sejak saya diterima di SPN, ibu saya selalu mendoakan saya, semua keluarga membacakan Alfatiha seribu kali" jelas Asrul.

Tidak hanya saat Asrul sudah di SPN. Tapi saat mendaftar, ibunya berpesan agar dia membacakan surat Alfatiha seribu kali sebelum lakukan tugas.

Asrul satu dari 559 Brigadir muda yang lulus di SPN Batua pada 6 Marer 2018 lalu. Namun, kisah Asrul masuk ke SPN Batua dinilai sangat menginspirasi.

Pasalnya, Asrul adalah seorang polisi muda yang besar dari ayah, Syamsuar yang kseorang tukang batu dan kadang memulung barang bekas.

"Isu yang beredar di masyarakat, kalau masuk sekolah polisi harus membayar. Tapi, Asrul membuktikan itu tidak benar karena dia lulus tanpa membayar seperser pun," kata Syamsuar.

"Saya hanya yakin dengan doa-doa ibu dan keluarga saya, dari itu saya kerja keras juga berdoa dan saya termotivasi dari itu semua," tambah Asrul.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved