Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mengenal Piet Hitam, Sahabat Sinterklas yang Kadang Ditakuti Anak-anak

Piet Hitam juga diceritakan sebagai sosok yang suka “menjewer” anak-anak nakal lalu membawanya pergi hingga ke Spanyol.

Editor: Anita Kusuma Wardana
Piet hitam berjalan dengan Sinterklas(Michell Zappa/Wikipedia) 

Baca: Kenapa Ucapan Selamat Natal dari Kalangan Muslim Dibolehkan? Berikut Penjelasan Quraish Shihab

Adapula narasi pra-Kristen. Asal usul sosok Piet Hitam ditelusuri hingga masa pra-Kristen di Eropa. Narasi ini menyebut Piet Hitam sebagai bagian dari tradisi lama Eropa, termasuk di negara-negara yang tidak memiliki koloni.

Narasi lainnya menyatakan bahwa sosok Piet Hitam sebenarnya adalah gambaran dari Zwarte Klazen atau Sinterklas Hitam.

Jadi, sebelum abad ke-19, Sinterklas memiliki peran ganda. Di satu sisi, dia adalah karakter yang baik dan suka berbagi kepada anak-anak baik. Namun di sisi lain, dia juga bisa menjadi karakter jahat untuk menakut-nakuti anak-anak nakal.

Baru pada abad ke-19, berdasarkan narasi ini, seiring munculnya semangat kewarganegaraan dan identitas nasional di Belanda, munculah kebutuhan yang beragam dari tradisi Sinterklas.

Karakter Sinterklas Hitam ditiadakan dan diganti oleh pelayan setianya yakni Piet Hitam yang tidak hanya berperan membawa kantung berisi permen dan kado, tetapi juga menegur anak-anak.

Namun di luar narasi itu, ada pula narasi yang menyatakan bahwa asal usul Piet Hitam tidak lepas dari sejarah perbudakan kolonial. Narasi ini menyatakan bahwa Piet Hitam adalah warisan kolonial yang pada hakikatnya merupakan stereotip rasis kepada orang kulit hitam di abad ke-19.

Baca: Terima Kado Natal? Jangan Langsung Buka Ya, Ternyata Ada Etikanya Juga

Penganut narasi ini percaya bahwa karakter Piet Hitam diciptakan untuk melegitimasi perbudakan. Seperti diketahui, Belanda adalah salah satu negara yang lekat dengan perbudakan sebelum menyatakan menghapus praktik kotor itu pada 1863.

Buku anak-anak karya Jan Schenkman yang mengenalkan sosok Piet Hitam sendiri terbit pada 1850, atau 13 tahun sebelum Belanda menyatakan menghapus praktik perbudakan.

Lantaran hal itu, tokoh Piet Hitam dipandang sebagai simbol hubungan kekuasaan di masyarakat Belanda untuk menyatakan adanya pengecualian sosial kepada orang kulit hitam.

Kontroversi

Kini, dua abad setelah buku karya Jan Schenkman terbit, Piet Hitam menjadi tokoh yang dicintai sekaligus ditentang. Kontroversi teman, pembantu, atau pelayan Sinterklas itu menjadi perbincangan publik.

Rodenberg dan Wagenaar menyebut, tiga narasi awal di atas biasa digunakan oleh mereka yang pro-Piet Hitam untuk melawan orang-orang yang mengklaim tokoh itu sebagai gambaran praktik perbudakan.

Selain itu, tiga narasi tersebut juga digunakan untuk mengecilkan atau menolak adanya hubungan Piet Hitam dengan masa Kolonial Belanda.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved