Munas PSMTI, Oesman Sapta: Keberadaan Etnis Tionghoa Sangat Berpengaruh
Wakil ketua MPR, Oesman Sapta Oddang menegaskan, keberadaan orang Tionghoa di Indonesia sangat penting dan berpengaruh besar.
Penulis: Darul Amri Lobubun | Editor: Ardy Muchlis
Laporan Wartawan Tribun Timur, Darul Amri Lobubun
TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA - Wakil ketua MPR, Oesman Sapta Oddang menegaskan, keberadaan orang Tionghoa di Indonesia sangat penting dan berpengaruh besar.
Salah satu pengaruh besar menurutnya, adalah dimasa penjajahan, tahun 1928. Saat itu, Sumpah Pemuda pertama itu di rumah orang Tionghoa di Kramat Jati.
"Saya selalu ingat, karena 28 oktober itu Sumpah Pemuda pertama kali di rumah orang tionghoa," Kata Oesman di Harris Vertu Hotel, Jakarta, Kamis (7/12/2017).
Oesman Sapta mengungkapkan hal itu dihadapan ribuan orang Tionghoa yang tergabung didalam Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI).
PSMTI mengundang Usman sebagai Keynote Speech rangkaian Musyawarah Nasional (Munas) ke VI PSMTI di Harris Vertu, tanggal 7 sampai 9 Desember.
Lanjut Usman, pembuatan Sumpah Pemuda pertama di rumah Tionghoa tersebut, diketahui tidak ada yang mau memgakui hal itu bagian dari sejarah.
Karena itu, Usman menganggap anak bangsa Indonesia harus berlandaskan Pancasila, bukalah sejarah bangsa ini, belajar menjadi Indonesia yang jujur.
"Tidak ada yang mau catat, tidak ada yang mau mengakui hal itu. Karena apa, ya karena takut mengakui kalau orang tionghoa juga berjuang," jelas Oesman.
Ia pun menegaskan, NKRI, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, Undang Undang Dasar (UUD) Indonesia adalah final, dan tidak boleh ada ketakutan didalamnya.
Lanjutnya, perjuangan bangsa Indonesia bukan hanya satu suku atau etnis yang memperjuangkan dan memerdekakan Indonesia, namun dari berbagai suku.
Munas ke VI PSMTI ini dihadiri Kepala Unit Kerja Presiden (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila, Yudi Latif, dan juga ketua PSMTI Pusat, David Herman Jaya.
Menyambungkan Keynote Speech dari Usman Sapta. Yudi Latif menambahkan, moral Pancasila itu, bukan anti orang kaya yang dituju ke orang Tionghoa.
Tapi menurut Yudi, semangat dan moral Pancasila itu adalah semangat bernagi, semangat toling menolong, kemitraan, dan juga Kebhinekaan antar sesama.
"Mudah-mudahan komunitas ini bisa kembangkan semangat pancasila, dan jika moral pancasila terbangun maka kekeluargaan dirasakan," kata Yudi.
Acara Munas PSMTI yang dibuka dari tanggal 7 hingga 9 Desember 2017 ini, mengangkat tema. "Kita Indonesia, Kita Pancasila, Kita Bangun Indonesia". (dal)