Masyarakat Adat Ammatoa Jangan Dijadikan Tameng Untuk Bergerak

Laporan Wartawan TribunBulukumba.com, Firki Arisandi

TRIBUNBULUKUMBA.COM, UJUNG LOE - Wakil Ketua Dewan Masyarakat Adat Nusantara Sulawesi Selatan (Sulsel), HA Mansyur Embas mengajak, agar masyarakat adat Ammatoa tidak dijadikan tameng untuk bergerak.

Hal tersebut disampaikan Mansyur Embas, saat menghadiri acara di Desa Palangisang, Kecamatan Ujung Loe, Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (1/12/2017).

"Mohon maaf, ini saya tidak menuduh nak. Jangan atasnamakan masyarakat adat untuk mendapatkan sesuatu," tutur Mansyur.

Menurut Mansyur, Ammatoa itu hidup sederhana dan tidak berlebihan.

"Sekali lagi saya tidak menuduh. Kenyataannya, masa orang demo atas nama Ammatoa dikantor Bupati," jelas Mansyur.

"Ammatoa itu hidup kamase-mase (sederhana). Karena benturan benturan dari luar yang dikaitkan dengan benturan politik, jadilah seperti ini," jelas Mansyur.

Mansyur mengatakan bahwa dirinya tidak menghendaki hal tersebut terjadi.

"Ini sudah berkembang sampai di Jakarta, bahwa ketua lembaga adat Ammatoa sudah seharusnya menuntut tanahnya dari Lonsum. Tidak ada yang terjadi seperti itu, tapi itu orang luar yang punya kepentingan, saya tidak menuduh siapa dia itu," jelas Mansyur.

Mansyur berharap, agar tidak menjadikan adat Ammatoa sebagai tameng untuk kepentingan tertentu, karena menurut Mansyur, Ammatoa tidak pernah menuntut tanah dan lain-lain sebagainya.

"Tidak ada sejengkal tanah adat Kajang yang ditanami PT Lonsum, tolong diluruskan. Jangan sampai mereka dijadikan korban. Dulu pernah ada konflik, ada dua Ammtoa gara-gara pengaruh dari luar. Ternyata ada dua Parpol yang bersaing merebut suara saat itu," jelas Mansyur.