Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kembangkan Industri Sutera, Kemenperin Bentuk Material Center IKM

Hal ini dilakukan sebagai upaya Kemenperin untuk memberikan solusi atas masalah panjangnya rantai distribusi bahan baku

Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Anita Kusuma Wardana
FADLY
Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan E. Ratna Utarianingrum pada Focus Group Discussion Pengembangan Industri Persuteraan Alam Nasional di Grand Clarion Hotel Makassar, Senin (27/11). 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Muhammad Fadhly Ali

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR --Tingginya nilai impor benang dan kain sutera telah mengancam sektor hulu industri persuteraan dalam negeri.

Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Industri Kecil dan Menengah (IKM) sedang menyusun konsep material center IKM yang bersinergi dengan industri tekstil dalam negeri.

Hal ini dilakukan sebagai upaya Kemenperin untuk memberikan solusi atas masalah panjangnya rantai distribusi bahan baku yang diperoleh IKM Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).

Berdasarkan data International Sericultural Commision (Inserco) pada tahun 2012 Indonesia memproduksi sutera mencapai 20 ton, terus berkurang hingga pada tahun 2015 produksinya hanya 8 ton.

Hal ini menyebabkan impor sutera meningkat sejak tahun 2012, terutama untuk produk benang dan kain sutera. Dalam tiga tahun terakhir nilai impor benang dan kain sutera meningkat sebesar 31,9 % dari US$1,06 juta pada 2012 menjadi US$ 1,39 milyar.

Sementara impor ulat sutera turun signifikan dari US$32 ribu menjadi US$1 ribu. Hal ini menunjukkan bahwa sektor hilir menunjukan gairah yang tinggi, sementara sektor hulu cenderung menurun kinerjanya. Hal ini tentunya sangat mengancam industri persuteraan alam dalam negeri.

“Meningkatnya impor benang dan kain sutera harus dapat kita kendalikan. Sektor hulu dan hilir perlu bersinergi untuk kembali membangkitkan industri persuteraan alam nasional, karena Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkannya,” kata Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan E. Ratna Utarianingrum pada Focus Group Discussion Pengembangan Industri Persuteraan Alam Nasional di Grand Clarion Hotel Makassar, Senin (27/11).

Perlu diketahui, Indonesia merupakan produsen sutera ke-9 di dunia. Berdasarkan data Trade Map 2016, Indonesia menjadi negara importir sutera ke-63 di dunia dengan nilai impor US$1,39 juta.

Adapun daerah yang menjadi basis industri persuteraan alam adalah Sulawesi Selatan (Sopeng, Wajo, dan Enrekang), Jawa Barat (Garut, Sukabumi, Majalaya, Cianjur), Gorontalo, dan Pati (Jawa Tengah).

Beberapa permasalahan industri persuteraan pada sektor hulu diantaranya karena tingkat keberhasilan budidaya ulat sutera yang rendah, ketersediaan varietas F1 yang berkualitas terbatas, kualitas kokon yang rendah, fluktuasi harga dan produksi menurun setiap tahun.

Permasalahan pada sektor hilir diantaranya karena rendahnya kualitas kokon lokal yang menyebabkan kualitas benang dan kain yang dihasilkan kurang baik, kelangkaan bahan baku industri pemitalan dan pertenunan, harga bahan baku benang sutera tinggi, efisiensi produk yang rendah, pemenuhan bahan baku dari importasi serta produk substitusi poliester rayon.

Saat ini Ditjen IKM sedang menyusun konsep pendirian material center IKM yang bersinergi dengan industri tekstil dalam negeri. Sebagai pilot project akan mendirikannya di Semarang untuk komoditi pakaian jadi dan batik.

Konsep ini dapat menjadi role model untuk kita mendirikan material center bahan baku sutera, untuk itu diperlukan sinergi antara sektor hulu dan hilir persuteraan alam.

Ratna mengatakan sinergi sektor hulu dan hilir sangat penting bagi pengembangan industri persuteraan alam. Hal ini perlu dilakukan sebagai upaya penguatan rantai nilai industri, sehingga kebutuhan bahan baku dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri dan stabilitas harga bahan baku sutera dapat dikendalikan. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved